Sabtu, 08 September 2012

Taraf kesukaran dan daya pembeda

BAB VI

PEMBAHASAN

TARAF KESUKARAN DAN DAYA PEMBEDA


 

  1. Teknik Analisis Derajat Kesukaran Item

Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik. Apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup.

Witherington dalam bukunya yang berjudul Psychological Education (hlm.87) mengatakan, bahwa sudah atau belum memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah Difficulty Index (angka indeks kesukaran item), yang didalam dunia evaluasi hasil belajar pada umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata Proportion (Proporsi).

Angka indeks kesukaran item itu besarnya bekisar antara 0,00 sampai dengan 1,00, artinya angka indeks kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan paling tinggi adalah 1,00. Angka indeks kesukaran sebesar 0,00 (P = 0,00) merupakan petunjuk bagi tester bahwa butir item tersebut termasuk dalam kategori item yang terlalu sukar, sebab disini seluruh testee tidak dapat menjawab item dengan betul. Sebaliknya, apabila angka indeks kesukaran item itu adalah 1,00 (P=1,00) ini merupakan petunjuk bahwa butir item ini adalah termasuk dalam kategori item yang terlalu mudah, sebab disini seluruh testee dapat menjawab dengan betul butir item tersebut.


 

P :                                         

0,0    0,1    0,2    0,3    0,4    0,5    0,6    0,7    0,8    0,9    1,00

terlalu sukar     terlalu mudah


 


 

Melihat besarnya bilangan indeks ini maka lebih cocok jika bukan disebut sebagai indeks kesukaran tetapi indeks kemudahan atau indeks fasilitas, karena semakin mudah soal itu, semakin besar pula bilangan indeksnya. Akan tetapi telah disepakati bahwa semakin tinggi indeksnya menunjukkan soal yang semakin mudah, tetapi tetap disebut indeks kesukaran.

Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

P =

dimana:    P    =     Proportion = angka indeks kesukaran item

NP    = banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item tersebut.

N    =    Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar

Rumus yang lainnya adalah

P =

dimana:     P    =    Proportion = angka indeks kesukaran item

    B    =    banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item tersebut

    JS    =    Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar


 

Mengenai bagaimana cara memberikan penafsiran (interprestasi) terhadap angka indeks kesukaran item, Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam bukunya yang berjudul Mea Surement and evaluation in Psychology and Education mengemukakan sebagai berikut:

Besarnya P

Interprestasi

0,00 – 0,30

Terlalu sukar

0,31 – 0,70

Cukup (sedang)

0,71 – 1,00

Terlalu mudah


 

Walaupun demikian ada yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-soal yang sedang, yaitu soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,31 sampai dengan 0,70. Perlu diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar, lalu tidak berarti tidak boleh digunakan, hal ini tergantung dari penggunaannya. Soal yang sukar akan menambah gairah belajar bagi siswa yang pandai. Sedangkan soal-soal yang terlalu mudah, akan membangkitkan semangat kepada siswa yang lemah.

Tentang bagaimana cara mencari (menghitung) angka indeks kesukaran item, berikut dikemukakan sebuah contoh:


 

Contoh soal berbentuk choise:

  1. Sebanyak 10 orang testee mengikuti tes hasil belajar tahap akhir dalam mata pelajaran matematika yang dituangkan dalam bentuk tes objektif dengan menyajikan 12 butir item, dimana setiap butir item yang dapat dijawab dengan betul diberikan bobot 1 dan untuk setiap jawaban salah diberikan bobot 0. Setelah tes hasil belajar tersebut berakhir dilakukan koreksi dan diberikan skor yang pada akhirnya tes hasil belajar tersebut menghasilkan pola penyebaran jawaban item seperti pada tabel 1.1.


     

  2. Dengan soal yang sama, jika setiap butir item yang dapat dijawab dengan betul diberi bobot 3 dan untuk setiap jawaban salah diberikan bobot 0. Carilah indeks kesukaran dari soal tersebut?


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Tabel 1.1

Skor yang dicapai oleh testee untuk item butir soal

12

1

0

0

1

1

1

0

0

1

1

6

 

Cukup

sedang

11

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

 

Terlalu

sukar

10

0

0

0

1

1

1

1

0

0

0

4

 

Terlalu

sukar

9

1

0

1

1

1

1

1

1

0

1

8

 

Terlalu

mudah

8

1

0

1

0

0

0

0

0

0

0

2

 

Terlalu

sukar

7

1

1

1

1

1

1

0

0

0

0

6

 

Cukup

sedang

6

0

1

0

1

1

1

1

0

1

0

6

 

Cukup

sedang

5

0

1

0

0

1

1

1

1

1

1

7

 

Cukup

sedang

4

0

1

0

0

1

1

1

1

1

1

7

 

Cukup

sedang

3

1

1

1

1

1

1

1

1

0

1

9

 

Terlalu

mudah

2

1

0

1

1

0

1

0

1

0

1

6

 

Cukup

sedang

1

0

0

1

0

1

1

1

1

0

1

6

 

Cukup

sedang

Testee

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

N = 10

P

Inter-prestasi


 


 

Tabel 1.2. jawaban soal 2

Skor yang dicapai oleh testee untuk butir item soal

12

3

0

0

3

3

3

0

0

3

3

18

 

Cukup

sedang

11

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

 

Terlalu

sukar

10

0

0

0

3

3

3

3

0

0

0

12

 

Terlalu

sukar

9

3

0

3

3

3

3

3

3

0

3

24

 

Terlalu

mudah

8

3

0

3

0

0

0

0

0

0

0

6

 

Terlalu

sukar

7

3

3

3

3

3

3

0

0

0

0

18

 

Cukup

sedang

6

0

3

0

3

3

3

3

0

3

0

18

 

Cukup

sedang

5

0

3

0

0

3

3

3

3

3

3

21

 

Cukup

sedang

4

0

3

0

0

3

3

3

3

3

3

21

 

Cukup

sedang

3

3

3

3

3

3

3

3

3

0

3

27

 

Terlalu

mudah

2

3

0

3

3

0

3

0

3

0

3

18

 

Cukup

sedang

1

0

0

3

0

3

3

3

3

0

3

18

 

Cukup

sedang

Testee

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

N = 10

P

Inter-prestasi


 

Note: jumlah soal x banyak siswa = 3 x 10 = 30

Contoh soal bentuk essay

  1. Tes hasil belajar mata pelajaran matematika yang terdiri dari 10 buah soal berbentuk essay yang memiliki bobot soal masing-masing 7,7,7,6,6,5,4,3,3,2 tes tersebut diikuti oleh 10 orang siswa. Hitunglah angka indeks kesukarannya dan berikan interprestasinya!

No

1(7)

2(7)

3(7)

4(6)

5(6)

6(5)

7(4)

8(3)

9(3)

10(2)

1

5

2

6

6

5

5

2

3

2

1

2

5

6

6

5

2

5

3

3

2

1

3

3

4

5

6

4

4

2

3

1

2

4

4

3

4

5

4

3

4

2

1

1

5

6

3

6

4

3

2

4

1

1

1

6

4

5

2

2

5

5

4

1

3

2

7

3

5

2

2

6

4

2

2

2

2

8

6

6

6

4

4

4

3

1

1

2

9

2

5

5

6

2

5

3

3

3

1

10

6

4

4

5

6

5

2

2

3

2

Jumlah

44

43

46

45

41

42

29

21

19

15


 

Interprestasinya

  1. P = = 0.62     Cukup (sedang)
    1. P = = 0.61     Cukup (sedang)
    2. P = = 0.65    Cukup (sedang)
    3. P = = 0.75    Mudah
    4. P = = 0.68    Cukup (sedang)
    5. P = = 0.84    Mudah
    6. P = = 0.72    Mudah
    7. P = = 0.70    cukup (sedang)
    8. P = = 0.63    cukup (sedang)
    9. P = = 0.75    Mudah


       

Setelah dilakukan identifikasi butir-butir item mana yang derajat kesukarannya termasuk dalam kategori cukup, terlalu sukar dan terlalu mudah, maka kita akan menindak lanjuti hasil analisis item tersebut.

Pertama    :     untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori baik (dalam arti derajat kesukaran itemnya cukup atau sedang), maka butir soal itu dicatat dalam buku bank soal, selanjutnya soal tersebut dapat dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar pada waktu yang akan datang.

Kedua    :    untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori terlalu sukar, ada tiga kemungkinan tindak lanjut, yaitu:

  1. Soal itu dibuang dan tidak akan dikeluarkan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.
  2. Diteliti ulang, sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan butir item itu sulit dijawab oleh testee, apakah kalimat soalnya kurang jelas, apakah petunjuk cara mengerjakan soal itu sulit dipahami, ataukah dalam soal tersebut terdapat istilah-istilah yang tidak jelas dan sebagainya. Setelah dilakukan berbaikan kembali, butir-butir item tersebut dikeluarkan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang.
  3. Harus dipahami bahwa tidak setiap butir item yang termasuk kedalam kategori sukar itu sama sekali tidak memiliki kegunaan, soal itu dapat digunakan dalam tes (terutama tes seleksi) yang sifatnya sangat ketat, dalam arti, sebagian besar dari testee tidak akan diluluskan dalam tes seleksi tersebut. Dalam kondisi seperti itu sangat tepat apabila butir-butir item yang dikeluarkan adalah soal-soal yang termasuk kategori terlalu sukar dengan asumsi bahwa peserta dengan kemampuan yang rendah dengan mudah tersisihkan dari seleksi. Sedangkan peserta yang memiliki kemampuan tinggi tidak akan sukar untuk lolos dalam seleksi tersebut.

Ketiga    :    untuk butir-butir item yang termasuk dalam kategori terlalu mudah juga ada 3 kemungkinan tindak lanjutnya, yaitu:

  1. Butir item tersebut dibuang dan tidak akan dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar yang akan datang.
  2. Diteliti ulang, fakta apa yang menyebabkan butir item tersebut dapat dijawab betul oleh hampir seluruh testee, ada kemungkinan option atau alternatif yang dipasangkan pada butir-butir item itu "terlalu kentara" atau "terlalu mudah diketahui" oleh testee.
  3. Seperti halnya butir-butir itemyang terlalu sukar, butir-butir item yang terlalu mudah juga masih mengandung manfaat. Yaitu butir-butir item yang termasuk dalam kategori ini dapat dimanfaatkan pada tes-tes (terutama tes seleksi).


 

  1. Teknik Analisis Daya Pembeda Item

Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan testee yang berkemampuan rendah (bodoh) sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi dapat menjawab butir item tersebut dengan benar, sementara testee yang kemampuannya rendah tidak dapat menjawab soal itu dengan benar.

Mengetahui daya pembeda item sangat penting, karena salah satu dasar yang digunakan untuk menyusun butir-butir soal tes hasil belajar, dan butir-butir hasil belajar itu haruslah mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat dikalangan testee tersebut.

Daya pembeda dapat diketahui dari besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Daya pembeda pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian testee kedalam dua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Indeks diskriminasi pada umumnya dilambangkan dengan huruf D indeks diskriminasi (daya pembeda) berkisar antara 0,00 sampai 1,00, tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif.


 

-1,00                    0,00                1.00

Daya pembeda            daya pembeda                daya pembeda

Negatif                rendah                    tinggi


 


 

Klasifikasi daya pembeda    

  • D    :    0,00 – 0,20        Jelek (Poor)
  • D    :    0,21 – 0,40        Cukup ( Satisfactory)
  • D    :    0,41 – 0.70        Baik (Good)
  • D    :    0,71 -1,00        Baik sekali (excellent)
    • D    :    negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

Rumus mencari D adalah

D = = PA - PB

Dimana    :     J    = Jumlah peserta tes

            JA    = Banyak peserta kelompok atas

            JB    = Banyak peserta kelompok bawah

            BA    = Banyak peserta kelompok atas menjawab benar

            BB    = Banyak peserta kelompok bawah menjawab benar

            PA    = Proporsi peserta kelompok atas menjawab benar

            PB    = Proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar

Contoh

  1. 10 orang testee mengikuti tes hasil belajar dalam bidang studi matematika dalam bentuk multiple choise sebanyak 10 butir, jawaban benar diberi bobot 1 dan salah diberi bobot 0. Hitunglah angka inteks diskriminasinya!


     

testee

Skor butir item

Skor

total

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

A

0

1

0

1

0

1

0

1

0

1

5

B

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

10

C

1

1

0

0

0

1

1

1

1

1

7

D

1

1

0

1

0

0

0

0

0

0

3

E

0

1

1

1

1

1

0

1

1

0

7

F

0

1

0

1

1

0

1

0

0

0

4

G

0

1

0

1

0

1

1

1

1

1

7

H

1

1

0

1

1

1

1

1

1

1

9

I

0

1

0

0

1

1

0

0

1

0

4

J

1

0

0

1

1

1

0

0

0

1

5

N=10

5

9

2

8

6

8

5

6

6

6

61


 

Menentukan kelompok atas dan bawah

B    10

H    9

C    7        kelompok atas

E    7

G    7

A    5    

J    5

F    4        Kelompok bawah

I    4

D    3

Masukkan kedalam rumus    : D = PA - PB

  1. D = PA - PB     =

    =
        0.20    (Jelek)
  2. D = PA - PB     =

    =
        0.20    (Jelek)
  3. D = PA - PB     =

    =
        0.40    (Cukup)
  4. D = PA - PB     =

    =
        0.00    (      )
  5. D = PA - PB    =

    =
        0.00    (     )
  6. D = PA - PB    =

    =
        0.40     (Cukup)
  7. D = PA - PB    =

    =
        0.60    (Baik)
  8. D = PA - PB    =

    =
        0.80    (Baik sekali)
  9. D = PA - PB    =

    =
        0.80    (Baik sekali)
  10. D = PA - PB    =

    =
        0.40    (Cukup)


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 


 

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.


 

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.


 

Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.


 


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar