Selasa, 31 Desember 2013

biografi singkat ulama hadits

BAB I
PENDAHULUAN

Para ulama hadits, mulai dari kalangan sahabat Nabi SAW sampai kepada para ulama yang datang setelah sahabat, yang telah berhasil menghimpun dan melakukan kodifikasi hadits Nabi SAW dan bahkan telah pula melakukan penyelesaian antara shahih dan yang tidak shahid, mereka semua telah berjasa besar dalam memelihara dan menyebarluaskan hadits-hadits Nabi, yang merupakan sumber utama ajaran Islam setelah Al-Qur’an al-Karim. Berkat jasa mereka pulalah hadits-hadits Nabi SAW itu sampai ke tangan kita sekarang ini. Mereka itu, yang didalam istilah ilmu hadits disebut juga dengan para perawi hadits, jumlah banyak sekali.
Pembahasan berikut ini akan menguraikan sejumlah ulama hadits yaitu sahabat Nabi atau para ulama hadits pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriah yaitu diantara : Umar Ibn Abdul Al-Aziz, Muhammad Ibn Syihab al-Zuhri, Muhammad Ibn Hazm, Al-Ramahurmuzi, Bukhari, Muslim, Imam Malik bin Anas dan Imam Ahmad Ibn Hanbal, mereka semua telah berjasa dalam mempelopori dan melakukan pengumpulan dan pembukaan hadits, baik pembukaan dalam bentuk tahapan awal yang bersifat sangat sederhana, demikian pula pada masa penyempurnaannya dengan melakukan pemisahan antara yang hadits Nabi SAW dengan yang bukan, dan antara yang diterima dan yang ditolak.








BAB II
PEMBAHASAN
BIOGRAFI SINGKAT BEBERAPA ULAMA HADITS

Diantara para ulama hadits yang telah berjasa dalam pengkordifikasikan hadits dan ilmu hadits, sejak pertama dikumpulkan secara resmi sampai pada penyelesaiannya antara yang shahih dan yang bukan shahih adalah  

              1.      IMAM BUKHARI (194-256 H) 

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah Ibn Bardizbah al-Ju’fi (al-Ja’fai) al- Bukhari. Dia dilahirkan pada hari jum’at 13 Syawal 194 H di Bukhara, ayahnya Isma’il adalah adalah seorang ulama hadits yang pernah belajar hadits dari sejumlah ulam terkenal seperti Malik ibn Anas, Hammad ibn Zaid, dan ibn al-Mubarak. Namun, ayahnya meninggal dunia ketika Bukhari masih dalam usia sangat muda. Beliau dikenal dengan nama Bukhari karena beliau putra dari daerah Bukhara. . Kakek-kakek beliau beragama Majusi. Kakeknya yang mula-mula memeluk Islam adalah Mughirah yang di islamkan oleh wali kota yang bernama Al-Yaman bin Anas Al-Ja’fi yang karena inilah beliau dinisbatkan dengan Al-Ja’fi atas dasar wala-ul-Islam[1]
Bukhari mulai mempelajari hadits sejak usianya masih nuda sekali, bahkan sebelum mencapai usia 10 tahun. Meskipun usianya masih sangat muda, dia memiliki kecerdasan dan kemampuan menghafal yang luar biasa, Ketika beliau berusia 14 tahun, beliau sudah berhasil menampilkan kitab shahih yang berisikan Enam Puluh Ribu (60.000) hadits menjelang usia 16 tahun dia telah mampu menghafal sejumlah buku hasil karya ulama terkenal pada masa sebelumnya, seperti ibn al-Mubarak, Waki’, dan lainnya. Dia tidak hanya menghapal hadits-hadits dan karya ulama terdahulu saja, tetapi juga mempelajari dan menguasai biografi dari seluruh perawi yang terlibat dalam periwayatan setiap hadits yang di hafalnya, mulai dari tanggal dan tempat tanggal lahir mereka, juga tanggal dan tempat mereka meninggal dunia, dan sebagainya.[2]
Beliau juga telah memperoleh  hadits dari beberapa huffadh, antara lain Maky ibn Ibrahim, ‘Abdullah ibn ‘Usman Al-Marwazy’, ‘Abdullah ibn Musa Al-‘Abbasy, Abu ‘Ashim Al-Saibany dan Muhammad ibn ‘Abdullah Al-Ashari. Sedangkan ulama besar yang pernah mengambil hadits dari beliau, antara lain Imam Muslim, Abu Zur’ah, Al-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan Al-Nasa’i.[3]
Beliau merantau ke negeri Syam, mesir, Jazirah sampai dua kali, ke basrah empat kali, ke Hijaz bermukim 6 tahun dan pergi ke bagdad bersama-sama para ahli hadits yang lain, sampai berkali-kali semua itu beliau lakukan untuk memperoleh informasi yang lengkap mengenai suatu hadits. Baik matan ataupun sanatnya. Pada suatu ketiaka, beliau pergi ke bagdad para ulam ahli hadits sepakat menguji ulama muda yang mulai menanjak namanya. Ulama hadits terdiri dari 10 orang yang masing-masing akan mengutarakan 10 hadits kepada beliau, yang sudah di tukar-tukar sanad dan matannya. Imam Bukhari di undangnya pada suatu pertemuan umum yang dihadiri juga oleh muhatdditsin dari dalam dan luar kota. Bahkan diundang juga ulam hadits dari khurasan.
Satu demi satu dari ulama 10 hadits tersebut menanyakan 10 hadits yang telah mereka persiapkan. Jawaban beliau terhadap setiap hadits yang dikemukakan oleh penanya pertama ialah saya tidak mengetahuinya.
Demikianlah selesai penanya pertama, majulah penanya ke dua dengan satu persatu dikemukakan hadits yang sudah dipersiapkan dan seterusnya sampai selesai penanya yang kesepuluh dengan hadits-haditsnya sekali, jawabannyapun saya tidak mengetahui. Tetapi setelah beliau mengetahui gelagat mereka yang bermaksud mengujinya, lalu beliau menerangkan dengan membenarkan dan mengembalikan sanad-sanadnya pada matan yang sebenarnya satu per satu sampai selesai semuanya.
Para ulama yang hadir tercengang dan terpaksa harus mengakui kepandaiannya, ketelitiannya dan kehafalannya dalan ilmu hadits.
Beliau telah memperoleh hadits dari beberapa hafidh, antara lain Maky bin Ibrahim, Abdullah bin Usman al-Marwazy, Abdullah bin Musa Abbasy, Abu Ashim As-Syaibany dan Muhammad bin Abdullah Al-Anshary. Ulama-ulama besar yang telah pernah mengambil hadits dari beliau, antara lain : Imam Muslim, Abu Zur’ah, At-Turmudzy, Ibnu khuzaimah dan An-Nasa’iy.
Karya-karya beliau banyak sekali, antara lain :
(1)  Jami’us-shahih, yakni kumpulan tersebut berisikan hadits-hadits shahih yang beliau persiapkan selama 16 tahun lamanya. Kitab tersebut berisikan hadits-hadits shahih semuanya, berdasarkan pengakuan beliau sendiri, ujarnya, “saya tidak memasukkan dalam kitabku ini kecuali shahih semuanya.”
(2)  Qadlayass-shahabah wat-tabi’in.
(3)  At-Tarikhu’I-Ausath.
(4)  At-Tarikhu’I-Kabir
(5)  At-Adabu’I-Munfarid
(6)  Birru’I-Walidain.
Beliau wafat pada malam sabtu selesai sholaat Isya, tepat pada malam Idul Fitri tahun 252 H. dan dikebumikan sehabis sholat Dhuzur di Khirtank, suatu kampung tidak jauh dari kota Samarkand.[4]

                2.      IMAM MUSLIM (204-261 H)

Nama lengkapnya Imam Muslim adalah Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairy, beliau dinisbatkan kepada Naisabury, karena beliau adalah putra kelahiran Naisabur, pada tahun 204 h, yakni kota kecil di Iran bagian timur laut. Beliau juga dinisbatkan kepada nenek memangnya Qusyair bin Ka’ab Rabi’ah bin Sha-sha’ah suatu keluarga bangsawan besar.
Imam Muslim salah seorang Muhaddisin, hafidh lagi terpercaya terkenal sebagai ulama yang gemar bepergian mencari hadits. Ia mulai belajar hadits pada tahun 218 H saat berusia kurang lebih lima belas tahun. Beliau kunjungi kota Khurasan untuk berguru hadits kepada Yahya ibn Yahya dan Ishaq ibn Rahawaih, didatanginya kota Rey untuk belajar hadits pada Muhammad ibn Mahran, Abu Mas’ad dan di Mesir beliau berguru kepada Amir ibn Sawad, Harmalah ibn Yahya dan kepada ulama hadis yang lain.
Selain yang disebutkan diatas masih banyak ulama hadits yang menjadi gurunya, seperti Qatadah ibn Sa’id, al-Qa’naby, Ismail Ibn Abi Muhammad ibn al-Muksanna, Muhammad ibn rumbi dan lain-lainnya.
Ulama-ulama besar, ulama-ulama yang sederajat dengan beliau dan para hafidh, banyak yang berguru hadits kepada beliau, seperti Abu Halim, Musa ibn Haram, Abu Isa al-Tirmidzi, Yahya ibn Sa’id, Ibnu Khuzaimah, dan Awawanah, Ahmad ibn al-Mubarak dan lain sebagainya.
Karya-karya Imam Muslim antara lain :
1.   Shahih muslim yang judul aslinya, al-Musnad al-Shahih, al-Mukhtashar min al-Sunan bi Naql al-Adl’an Rasulullah. Telah diakui oleh jumhur ulama, bahwa shahih Bukhari adalah sesahih-sahih kitab hadis dan sebesar-besar pemberi faidah, sedang shahih muslim adalah secermat-cermat isnadnya dan berkurang-kurang perulangannya, sebab sebuah hadits yang telah beliau letakakan pada suatu maudhu, tidak lagi ditaruh di maudhu lain. Jadi kitab shahih ini berada satu tingkat dibawahi sahih Bukhari.
2.   Al-Musnad Al-Kabir. Kitab yang menerangkan tentang nama-nama Rijal Al-Hadits.
3.   Al-Jami’al-kabir
4.   Kitab I’al wa Kitabu Uhamil Muhadditsin
5.   Kitab Al-Tamyiz
6.   Kitabu man Laisa lahu illa Rawin Wahidun
7.   Kitabu al-Tahbaqat al-Tabi’in
8.   Kitab Muhadlramin
9.   Kitab lainnya adalah : Al-Asma wa al-Kuna, Irfad Al-Syamiyyin, Al-Agran, Al-Intifa bi Julus al-Shiba, Aulad Al-Sha-habah, al-Tharikh, Hadist Amr ibn Syu’aib, Rijal’urwah, Sha-lawatuh Ahmad ibn Hanbal, Masyayikh al-Tsauri, Masyayikh Malik dan Al-Wuhdan.
Imam muslim wafat pada hari ahad bulan Rajab 261 H dan dikebumikan pada hari senin di Naisabur.[5]  

Keutamaan Shahih Al-Bukhari terhadap Shahih Muslim

            Sudah di maklumi bahwa shahih Al-Bukhari dan shahih Muslim merupakan dua kitab yang paling shahih sesudah Al-Qur’an. Melalui kitab itu panji-panji sunnah menjadi lebih berkibar, lebih intens perspektifnya, lebih melebar perkembangannya pada masa-masa sesudahnya, karena pengaruh kedua kitab shahih itu terhadap orang-orang yang datang sesudahnya. Eksitensi kedua kitab itu telah membuktikan adanya gerakan menghimpun dan meriwayatkan hadits pada masa Al-Bukhari dan Muslim, sehingga derajat kedua kitab itu tidak bisa ditandingi oleh karya imam-imam hadits yang dating sesudahnya.
            Mengenai perbandingan antara shahih Al-Bikhari dan shahih Muslim, Imam An-Nawawi di dalam pendahuluan kitab Syarah Shahih Muslim, mengatakan, “Para ulama telah bersesuaian pendapat bahwa kitab-kitab yang paling shahih sesudah Al-Qur’an ialah dua kita shahih, pertama Shahih Al-Bukhari dan kedua Shahih Muslim, dan kedua kitab itu telah di terima oleh seluruh umat Islam.
            Kita Shahih Al-Bukhari adalah paling shahih, banyak mengandung faedah dan pengetahuan di antara kedua kitab tersebut. Adalah shahih riwayat yang menyebutkan, bahwa Imam Muslim mengambil faedah dari shahih Al-Bukhari. Imam Muslim sendiri telah mengakui, Al-Bukhari sebagai orang yang tidak ada bandingannya dalam bidang ilmu hadits. Pendapat An-Nawawi itu juga dikuatkan oleh pernyataan Imam Muslim sendiri terhadap Al-Bukhari, “Tidak ada orang yang marah kepadamu (Al-Bukhari) kecuali orang yang dengki, dan aku bersaksi bahwa di dunia ini tidak ada orang yang sepertimu.
            Imam Al-Dzahabi berkata, “Bahwasanya shahih Al-Bukhari adalah satu-satunya kitab Islam yang paling utama setelah Al-Qur’an. Karenanya, sekiranya ada seseorang berpergian jauhsampai beribu-ribu pos hanya semata-mata untuk mendengarkan Shahih Al-Bukhari, niscaya kepergiannya itutidak sia-sia.”
            Ibnu Hajar berkata, “Para ulama sepakat mengakui Al-Bukhari lebih mulia dari Muslim, karena Muslim adalah lulusannya, dia senantiasa mengambil faedah dari Al-Bukhari dan mengikuti jejak-jejeknya. Al-Daaruquthni berkata, “Bahwa apa yang dilakukan Muslim mengambil dari Shahih Al-Bukhari. Dan karena itu, Muslim memduduki posisi meriwayatkan dari Al-Bukhari dengan menambahkan beberapa tambahan.
            Akan tetapi terlepas dari itu semua, kita sebagai orang yang sedang mempelajari Ilmu Hadits harus meyakini bahwa Shahih Al-Bukahri dan Shahih Muslim adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.[6]
           
        3.      IMAM ABU DAWUD

Nama lenkap beliau adalah  Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq as-Sijistani. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahirannya yakni Sijistany ( terletak antara Iran dengan Afganistan). Beliau lahir di koa tersebu pada tahun 202H/871M. Beliau juga senang merantau ke negeri-negeri tetangga untuk mencari hadist dan ilmu-ilmu yang lain. Kemudian dikumpulkan ,ditulis dan disusun hadist-hadist yang telah diterima dari ulama-ulama Irak, Khurasan, Syam, dan Mesir. Ulama-Ulama yang pernah diambil hadistnya oleh beliau yakni Sulaiman binHarb, Ustman bin Abi Syaibah, Al-Qa’naby, dan Abu Walid At-Thayalisy. Beliau wafat pada hari senin tanggal 13 bulan Shafar tahun 303H/ 915M.

  Karya-karyanya

1.             Sunanul Kubra
            Kitab ini lebih dikenal dengan nama Sunan An-Nasa’i kitab sunan ini adalah kitab sunan yang muncul setelah shahihaini yang paling sedikit hadist dha’ifnya, tapi paling banyak perulangannya. Misalnya hadist tentang niat ini dapat diulang sampai 16 kali.
2.             Al-Mujtaba
Kitab ini merupakan kitab setelah sunanul Kubro yang mana suatu ketika beliau ditanya tentang hadist yang pernah ditulisnya apakah shahih atau tidak, dan beliau menjawab ada yang shahih dan ada yang tidak, maka beliau diperintahkan untuk memisahkan hadist yang shahih saja dan menghimpunnya dalam kitab ini.


           4.      IMAM IBNU MAJJAH

Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah bin Yazid Al-Qazwini Ibnu Majjah, Majjah adalah sebutan untuk ayanhnya oleh karena itu is dipanggil Ibnu Majjah. Beliau dilahirkan di Qazwin pada tahun 207H/824M. Beliau telah membuat sebuah perlawatan ke Bashrah, Baghdad, Syam, Mesir, Hijas untuk menuntut ilmu Hadist. Beliau wafat pada tahun273H/887M. 

Karya-Karya Imam Ibnu Majah

       Imam Ibn Majah mempunyai banyak karya tulis, di antaranya:
       Ø   Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab Hadith yang Pokok).
       Ø  Kitab Tafsir Al-Qur’an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti diterangkan Ibn Kasir.
       Ø  Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.

Kedudukan Sunan Ibnu Majah Di Antara Kitab-Kitab Hadits
Sebahagian ulama tidak memasukkan Sunan Ibn Majah ke dalam kelompok “Kitab Hadith Pokok” mengingat darjat Sunan ini lebih rendah dari kitab-kitab hadith yang lima.Sebahagian ulama yang lain menetapkan, bahawa kitab-kitab hadith yang pokok ada enam kitab (AlKutubus Sittah/Enam Kitab Hadith Pokok), yaitu:
Shahih Bukhari, karya Imam Bukhari.
• Shahih Muslim, karya Imam Muslim.
• Sunan Abu Dawud, karya Imam Abu Dawud.
• Sunan Nasa’i, karya Imam Nasa’i.
• Sunan Tirmidzi, karya Imam Tirmidzi.
• Sunan Ibn Majah, karya Imam Ibn Majah.

        5.      IMAM AT-TURMUDZI

Imam At-Turmudzi adalah seorang imam, hafizh, dan kritikus hadist. Nama lengkapnya adalah Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah At-Turmudzi. Ia lahir di Desa Bujdari, daerah Tirmidz yang dekat dengan sungai Jaihan, pada tahun 209 H.[7]Sejak kecil ia senang belajar. Ia juga ikut melakukan mengembara keberbagi negeri pusat ilmu pengetahuan, seperti: Irak, Hijaz, khurasan, Bukhara dan lain-lain. Selaim itu ia juga belajar kepada berbagai guru antara lain: Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, Qutaibah ibn Sa’id, Muhammad ibn Basyar, dan lain-lain. Imam At-Turmudzi wafat di kampungnya, Tirmidz pada malam Senin, 13 Rajab pada tahun  279 H pada usia 70 tahun
 
Karya-Karyanya
Imam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab. Di antaranya:
• Kitab Al-Jami’, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi.
• Kitab Al-‘Ilal.
• Kitab At-Tarikh.
• Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah.
• Kitab Az-Zuhd.
• Kitab Al-Asma’ wal-kuna.
Di antara kitab-kitab tersebut yang paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami’.
 Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Tirmidzi terbesar dan paling banyak manfaatnya. Ia tergolonga salah satu “Kutubus Sittah” (Enam Kitab Pokok Bidang Hadith) dan ensiklopedia hadith terkenal. Al-Jami’ ini terkenal dengan nama Jami’ Tirmidzi, dinisbatkan kepada penulisnya, yang juga terkenal dengan nama Sunan Tirmidzi. Namun nama pertamalah yang popular.
Sebahagian ulama tidak berkeberatan menyandangkan gelar as-Shahih kepadanya, sehingga mereka menamakannya dengan Shahih Tirmidzi. Sebenarnya pemberian nama ini tidak tepat dan terlalu gegabah. Setelah selesai menyususn kitab ini, Tirmidzi memperlihatkan kitabnya kepada para ulama dan mereka senang dan menerimanya dengan baik. Ia menerangkan: “Setelah selesai menyusun kitab ini, aku perlihatkan kitab tersebut kepada ulama-ulama Hijaz, Irak dan Khurasa, dan mereka semuanya meridhainya, seolah-olah di rumah tersebut ada Nabi yang selalu berbicara.”
Imam Tirmidzi di dalam Al-Jami’-nya tidak hanya meriwayatkan hadith shahih semata, tetapi juga meriwayatkan hadith-hadith hasan, da’if, garib dan mu’allal dengan menerangkan kelemahannya. Dalam pada itu, ia tidak meriwayatkan dalam kitabnya itu, kecuali hadith-hadith yang diamalkan atau dijadikan pegangan oleh ahli fiqh. Metode demikian ini merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh kerananya, ia meriwayatkan semua hadith yang memiliki nilai demikian, baik jalan periwayatannya itu shahih ataupun tidak shahih. Hanya saja ia selalu memberikan penjelasan yang sesuai dengan keadaan setiap hadith.

          6.      IMAM NASA’I

Nama lengkapnya adalah Abu Abdirrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn al-Khurasani an-Nasa’i. Nama Nasa’i dinisbatkan dengan kampung halamannya Nasa’, bagian dari Khurasan. Ia lahir di tahun 215 H. ketika umur 15  tahun ia mulai berkelana menimba pengalaman. Pusat-puat study yang ia kunjungi antara lain, Hijaz, Irak, meair, Syam, Syiria dan akhirnya ia memutuskan untuk tinggal di Mesir.
Imam Nasa’i belajar banyak hadist dari guru-gurunya Al-Bukhari, di antaranya adalah Ishaq ibn Rahawaih. Selain itu gurunya lain adalah Qutaibah ibn Sa’id dan imam-imam hadist dari Khurasan,  Hijaz, Irak dan Mesir. Selain itu ia juga mempunyai banyak murid antara lain: Abu Nasher Ad-Dalaby dan Abdul-Qasim At-Thabary.
   Karya karyanya
Imam Nasa’i telah menulis beberapa kitab besar yang tidak sedikit jumlahnya. Di antaranya:
Ø As-Sunan ul-Kuba.
Ø As-Sunan us-Sughra, tekenal dengan nama Al-Mujtaba.
Ø Al-Khasa’is.
Ø Fada’ilus-Sahabah.
Ø  Al-Manasik.
Di antara karya-karya tersebut, yang paling besar dan bemutu adalah Kitab As-Sunan.
Sunan An-Nasa’i
Mulanya Imam Nasa’i menyusun kitab hadist dengan nama Al-sunan al-Kubra. Kitab ini diperlihatkan kepada gubernur al-Ramlah, kemudian ia bertanya, “Apakah semua hadistnya shahih?” An-Nasa’i menjawab ‘Ada  yang shahih, hasan, dan yang menghampiri derajat keduanya.”. Selanjutnya, ia mengatakan kepada An-Nasa’i untuk menuliskan hanya hadist shahih saja. Akhirnya, An-Nasa’i memurnikan As-sunan al-kubra-nya menjadi As-sunan Ash-Shughra dan member nama al-sunan Al-Mujtaba.

             7.      IMAM MALIK

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Amir ibn Al-haris ibn Ghaiman ibn Husail ibn Amr ibn Al-Haris Al-Ashbani Al-Madani. Imam Malik dilahirkan di Madinah dri sepasang suami istri Anas bin Malik dan Aliyah binti Suraik, bngsa Arab Yaman. Ayah Imam Malik bukanlah Anas bin Malik sahabat Nabi, melainkan sahabat Nabi yang sangat minim sekali informasinya. Tentang kelahirannya, terdapat perbedaan dikalangan parab sejarawan. Ada yang mengatakan 90 H, 93 H, 94 h dan ada pula yang mengatakan 97 H, akan tetapi mayoritas sejarawan mengatakan bahwa Imam Malik lahir pada tahun 93 H pada masa Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik ibn Marwan dan meninggal dunia pada tahun 179 H dalam usia 87 tahun setelah satu bulan sakit. Ia dikebumikan di kuburan Baqi’.  Imam Malik menikah dengan seorang hamba yang melahirkan 3 anak laki-laki (Muhammad, Hammad, dan Yahya) dan seorang anak perempuan (Fatimah).

Guru-guru dan Murid
Sejak kecil atas dukungan orang tuanya, khususnya ibunya, beliau berguru kepada para ulama di Madinah. Ia tidak pernah berkelana keluar Madinah karena kota Madinah pada masa itu adalah pusat ilmu pengetahuan agama islam, dan karena di tempat inilah, banyak tabi’in yang berguru kepada sahabat-sahabat Nabi. Imam Malik pernah berguru kepada 900 guru, 300 diantaranya dari golongan tabi’in dan 600 orang dari golongan tabi’it tabi’in. menurut Amin Al-Khulli, diantara guru-gurunya yang terkenal adalah:
1.      Rabi’ah Ar-Ra’yi bin Abdurrahman Furuh Al-Madani.
2.      Ibnu Humuz Abu Bakar bin Yazid.
3.       Ibnu Syihab Az-Zuhri.
4.      Nafi’ ibn Surajis Abdullah ibn Umar.
5.      Ja’far Shadiq ibn Muhammad ibn Ali Al-Husain ibn Abu Thalib isna asy’ariyyah
6.        Muhammad ibn Al-Munkadir ibn Al-Hadiri At-Taimy Al-Quraisyi.

Sementar  itu, murid Imam Malik didapat di klasifikasikan dalam 3 kelompok:
1.      Dari kalangan tabi’in, diantaranya: Sufyan Ats-TSauri Al-Lais bin Sa’id, Hammad ibn Zaid, Sufyan ibn Uyainah, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan lain-lain.
2.      Dari kalangan tabi’it-tabi’in, yaitu: Az-Zuhri, Ayyub Asy-Syakhtiyani, Abul Aswad, Rabi’ah ibn Abd Ar-rahman, Musa ibn ‘Uqbah , dan lain-lain.
3.      Bukan tabi’in, yaitu: Nafi’ ibn Abu nu’aim, Muhammad ibn Aljan, Salim ibn Abi Umaiyah, Abu An-Nadri, Mulana Umar ibn Abdullahy, Asy-Syafi’i, dan lain-lain.

       Karya karyanya
Diantara karya-karya Imam Malik adalah:
1.      Al-Muwatta’
2.      Kitab ‘Aqdiyah
3.      Kitab nujum, Hisab Madar Al-Zaman, Manazil Al-Qamar
4.      Kitab Manasik
5.      Kitab Tafsir Li Garib Al-Qur’an
6.      Ahkam Al-Qur’an
7.      Al-Mudawwan Al-Kubra
8.      Tafsir AlQur’an
9.      Kitab Musa Islam
10.  Risalah ibn Matruf Gassan
11.  Risalah ila Al-Lais
12.  Risalah ila ibn Wahb.

Akan tetapi, dari beberapa karya tersebut yang sampai kepada kita hanya dua yakni, Al-Muwatta’ dan Al-mudawwanah Al-Kubra.
Disamping keahliannya dalam bidang ilmu fiqhi, seluruh ulama telah mengakuinya sebagai muhaddits yang tangguh , seluruh warga Negara Hijaz memberikan gelar kehormatan baginya “Sayyidi Fuqaha’i-Hijaz”. Imam Yahya bin Sa’id al-Qahthan dan Imam Yahya bin Ma’in menggelarinya sebagai Amirulmukminin Fi’I-Hadits.
Imam Bukhari mengatakan bahwa sanad yang dikatakan ashahu’i-asnaid, ialah bila sanad itu terdiri dari Malik, Nafi’I, dan Ibnu’Umar r.a.
Karya beliau yang sangat gemilang dalam bidang ilmu hadits, ialah kitab-kitab Al-Muwaththa tersebut ditulis pada tahun 144 H, atas anjuran khalifah Ja’far al-Manshur, sewaktu bertemu di saat-saat menunaikan ibadah haji.
Beliau wafat pada hari ahad, tanggal 14 Rabiul Awwal tahun 169 (menurut sebagian pendapat, tahun 179 H), di Madinah, dengan meninggalkan 3 orang putra : Yahya, Muhammad dan Hammad.[8]

           b8.      IMAM AHMAD BIN HANBAL

Imam Abu Abdillah bin Muhammad bin Hanbal al-Marwazy adalah ulama hadits yang terkenal kelahiran Bagdad. Disamping sebagai seorang muhadditsin, terkenal juga sebagai salah seorang pendiri dari salah satu mazhab empat yang dikenal oleh orang-orang kemudian, dengan nama mazhab Hanabilah (Hanbaly). Beliau dilahirkan pada bulan Rabi’ul Awal, tahun 169 H. dikota Bagdad.
Dari Bagdad inilah beliau memulai mencurahkan perhatiannya belajar dan mencari hadits sekhidmat-khidmat, sejak beliau baru berumur 16 tahun. Beliau juga berkirim surat kepada ulama-ulama hadits di beberapa negeri, untuk kepentingan yang sama, yang kemudian diikuti dengan peratauannya ke kota-kota Mekah, Madinah, Syam, Yaman, Basrah dan lain-lain.
Dari peratauan ilmiah, beliau mendapatkan guru-guru hadits yang kenamaan, antara lain : Sufyan bin Uyainah, Ibrahim bin sa’ad, Yahya bin qaththan. Adapun ulama-ulama besar yang pernah mengambil ilmu dari padanya antara lain : Imam-imam Bukhary. Muslim, Ibnu Abid-Dunya dan Ahmad bin Abil Hawarimy.
Beliau sendiri adalah seorang murid imam As-Syafi’I yang paling setia. Tidak pernah berpisah dengan gurunya kemana pun sang guru berpergian.
Para ulama telah sepakat menetapkan keimanan, ketakwaan, ke-wara’-an dan ke-zuhud-an beliau, disamping keahliannya dalam bidang perhaditsan. Sehabis salat Ashar, beliau berdiri dengan bersandar pada tembok dibawah menara mesjidnya. Kemudian berkerumunlah orang untuk menanyakan hadits. Disambutnya pertanyaan mereka dengan gembira dan sekaligus meluncurkan berpuluh-puluh hadits dan hafalannya lewat  mulutnya.
Dan menurut Abu zur’ah, beliau mempunyai tulisan sebanyak 12 macam yang semuanya sudah dikuasai diluar kepala. Juga beliau mempunyai hafalan matan hadits sebanyak 1.000.000 buah. Beliau dituduh bahwa beliaulah yang menjadi sumber pendapat, bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, sehingga mengakibatkan penyiksaan dan harus meringkuk dipenjara atas tindakan pemerintah diwaktu itu.
Diantara karya beliau yang sangat gemilang ialah musnadu’I kabir kitab musnad ini merupakan satu-satunya kitab musnad terbaik dan terbesar diantara kitab-kitab musnad yang pernah ada.
Beliau wafat pada hari Jumat bulan Rabiul Awal tahun 241 H di Bagdad dan dikebumikan di Marwaz, sebagian ulama menerangkan bahwa disaat meninggalnya. Jenazahnya diantar oleh 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan dan suatu kejadian yang menakjubkan disaat itu, pula 20.000 orang dari kaum Nasrani, Yahudi dan Majusi masuk agama Islam, makamnya paling banyaj dikunjungi orang.[9]
  










BAB III
P E N U T U P
Kesimpulan
Diantara para ulama hadits yang telah berjasa dalam pengkodofikasian hadits dan ilmu hadits. Sejak masa pertama dikumpulkan secara resmi sampai pada penyelesaiannya antara yang shahih dan yang bukan shahih adalah
5        Bukhari ( 194-296 H)
6        Muslim (204-261 H)
7        Imam Malik bin Anas (93-179 H)
8        Imam Ahmad bin Hanbal (169-241 H)
Adapun menurut urutan tahun mereka disusun mulai Umar ibn Abd al-Aziz, Muhammad ibn Syihab al-Zuhri, Muhammad ibn Hazm, al Ramahurmuzi, Imam Malik bin Anas, Imam Ahmad bin Hanbal, Bukhari dan terakhir Imam Muslim.
Hubungan mereka dalam meriwayatkan suatu hadits diantaranya dengan cara bertemu, jadi bagi mereka yang hidupnya semasa atau seabad mereka bisa bertemu dan mendiskusikan hadits. Contohnya Imam Bukhari dan Muslim mengambil ilmu-ilmu hadits dari Imam Ahmad bin Hanbal.









DAFTAR PUSTAKA
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadits (Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya, 2001).
Suparta, Munzier. Ilmu Hadits (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003).
Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul Hadits (Bandung, PT Al-Ma’arif 1974).
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadist (Jakarta: Bulan Bintang, 1961), 407.
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadist (Bandung: Al-Ma’arif, 1974), 376.

Badri Khaeruman, Ulumul Al-Hadist (Bandung: Pustaka SetIa, 2010), 253.






[1] Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadist (Jakarta: Bulan Bintang, 1961), 407
[2]  Dr. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Hadits,  (Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya. 2001) h. 457-462.
[3] Badri Khaeruman, Ulumul Al-Hadist (Bandung: Pustaka SetIa, 2010), 253.
[4] Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushtalahul Hadits  (Bandung: PT Al-Ma’Arif, 1974), h. 376-378.
[5] Ibid., h. 378-380.
[6] Drs. Munzier Suparto, M.A. Ilmu Hadits.( Jakarta.Grafindo persada.2006).hal 202

[7]Drs. Munzier Suparta, MA. Ilmu Hadits. (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003) h. 226
[8]  Ibid., h. 367-369.
[9] Ibid., h. 373-375.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar