BAB I
PENDAHULUAN
Para ulama hadits,
mulai dari kalangan sahabat Nabi SAW sampai kepada para ulama yang datang
setelah sahabat, yang telah berhasil menghimpun dan melakukan kodifikasi hadits
Nabi SAW dan bahkan telah pula melakukan penyelesaian antara shahih dan yang
tidak shahid, mereka semua telah berjasa besar dalam memelihara dan
menyebarluaskan hadits-hadits Nabi, yang merupakan sumber utama ajaran Islam
setelah Al-Qur’an al-Karim. Berkat jasa mereka pulalah hadits-hadits Nabi SAW
itu sampai ke tangan kita sekarang ini. Mereka itu, yang didalam istilah ilmu
hadits disebut juga dengan para perawi hadits, jumlah banyak sekali.
Pembahasan berikut ini
akan menguraikan sejumlah ulama hadits yaitu sahabat Nabi atau para ulama
hadits pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriah yaitu diantara : Umar Ibn Abdul Al-Aziz,
Muhammad Ibn Syihab al-Zuhri, Muhammad Ibn Hazm, Al-Ramahurmuzi, Bukhari,
Muslim, Imam Malik bin Anas dan Imam Ahmad Ibn Hanbal, mereka semua telah
berjasa dalam mempelopori dan melakukan pengumpulan dan pembukaan hadits, baik
pembukaan dalam bentuk tahapan awal yang bersifat sangat sederhana, demikian
pula pada masa penyempurnaannya dengan melakukan pemisahan antara yang hadits
Nabi SAW dengan yang bukan, dan antara yang diterima dan yang ditolak.
BAB II
PEMBAHASAN
BIOGRAFI SINGKAT
BEBERAPA ULAMA HADITS
Diantara para ulama
hadits yang telah berjasa dalam pengkordifikasikan hadits dan ilmu hadits,
sejak pertama dikumpulkan secara resmi sampai pada penyelesaiannya antara yang
shahih dan yang bukan shahih adalah
1. IMAM BUKHARI (194-256 H)
Nama lengkapnya adalah
Abu Abdullah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah Ibn Bardizbah
al-Ju’fi (al-Ja’fai) al- Bukhari. Dia dilahirkan pada hari jum’at 13 Syawal 194
H di Bukhara, ayahnya Isma’il adalah adalah seorang ulama hadits yang pernah
belajar hadits dari sejumlah ulam terkenal seperti Malik ibn Anas, Hammad ibn
Zaid, dan ibn al-Mubarak. Namun, ayahnya meninggal dunia ketika Bukhari masih
dalam usia sangat muda. Beliau dikenal dengan nama Bukhari karena beliau
putra dari daerah Bukhara. . Kakek-kakek beliau beragama Majusi. Kakeknya yang
mula-mula memeluk Islam adalah Mughirah yang di islamkan oleh wali kota yang
bernama Al-Yaman bin Anas Al-Ja’fi yang karena inilah beliau dinisbatkan dengan
Al-Ja’fi atas dasar wala-ul-Islam[1]
Bukhari mulai
mempelajari hadits sejak usianya masih nuda sekali, bahkan sebelum mencapai
usia 10 tahun. Meskipun usianya masih sangat muda, dia memiliki kecerdasan dan
kemampuan menghafal yang luar biasa, Ketika beliau berusia 14
tahun, beliau sudah berhasil menampilkan kitab shahih yang berisikan Enam Puluh
Ribu (60.000) hadits menjelang usia 16 tahun dia telah mampu menghafal sejumlah buku hasil karya
ulama terkenal pada masa sebelumnya, seperti ibn al-Mubarak, Waki’, dan lainnya.
Dia tidak hanya menghapal hadits-hadits dan karya ulama terdahulu saja, tetapi
juga mempelajari dan menguasai biografi dari seluruh perawi yang terlibat dalam
periwayatan setiap hadits yang di hafalnya, mulai dari tanggal dan tempat
tanggal lahir mereka, juga tanggal dan tempat mereka meninggal dunia, dan
sebagainya.[2]
Beliau juga telah memperoleh hadits dari beberapa huffadh, antara lain Maky ibn Ibrahim, ‘Abdullah ibn ‘Usman
Al-Marwazy’, ‘Abdullah ibn Musa Al-‘Abbasy, Abu ‘Ashim Al-Saibany dan Muhammad
ibn ‘Abdullah Al-Ashari. Sedangkan ulama besar yang pernah mengambil hadits
dari beliau, antara lain Imam Muslim, Abu Zur’ah, Al-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah
dan Al-Nasa’i.[3]
Beliau merantau ke
negeri Syam, mesir, Jazirah sampai dua kali, ke basrah empat kali, ke Hijaz
bermukim 6 tahun dan pergi ke bagdad bersama-sama para ahli hadits yang lain,
sampai berkali-kali semua itu beliau lakukan untuk memperoleh informasi yang
lengkap mengenai suatu hadits. Baik matan ataupun sanatnya. Pada suatu ketiaka,
beliau pergi ke bagdad para ulam ahli hadits sepakat menguji ulama muda yang
mulai menanjak namanya. Ulama hadits terdiri dari 10 orang yang masing-masing
akan mengutarakan 10 hadits kepada beliau, yang sudah di tukar-tukar sanad dan
matannya. Imam Bukhari di undangnya pada suatu pertemuan umum yang dihadiri
juga oleh muhatdditsin dari dalam dan luar kota. Bahkan diundang juga ulam
hadits dari khurasan.
Satu demi satu dari
ulama 10 hadits tersebut menanyakan 10 hadits yang telah mereka persiapkan.
Jawaban beliau terhadap setiap hadits yang dikemukakan oleh penanya pertama
ialah saya tidak mengetahuinya.
Demikianlah selesai
penanya pertama, majulah penanya ke dua dengan satu persatu dikemukakan hadits
yang sudah dipersiapkan dan seterusnya sampai selesai penanya yang kesepuluh
dengan hadits-haditsnya sekali, jawabannyapun saya tidak mengetahui. Tetapi
setelah beliau mengetahui gelagat mereka yang bermaksud mengujinya, lalu beliau
menerangkan dengan membenarkan dan mengembalikan sanad-sanadnya pada matan yang
sebenarnya satu per satu sampai selesai semuanya.
Para ulama yang hadir
tercengang dan terpaksa harus mengakui kepandaiannya, ketelitiannya dan
kehafalannya dalan ilmu hadits.
Beliau telah memperoleh
hadits dari beberapa hafidh, antara lain Maky bin Ibrahim, Abdullah bin Usman
al-Marwazy, Abdullah bin Musa Abbasy, Abu Ashim As-Syaibany dan Muhammad bin
Abdullah Al-Anshary. Ulama-ulama besar yang telah pernah mengambil hadits dari
beliau, antara lain : Imam Muslim, Abu Zur’ah, At-Turmudzy, Ibnu khuzaimah dan An-Nasa’iy.
Karya-karya beliau banyak sekali, antara lain :
(1) Jami’us-shahih, yakni kumpulan tersebut berisikan hadits-hadits
shahih yang beliau persiapkan selama 16 tahun lamanya. Kitab tersebut berisikan
hadits-hadits shahih semuanya, berdasarkan pengakuan beliau sendiri, ujarnya,
“saya tidak memasukkan dalam kitabku ini kecuali shahih semuanya.”
(2) Qadlayass-shahabah wat-tabi’in.
(3) At-Tarikhu’I-Ausath.
(4) At-Tarikhu’I-Kabir
(5) At-Adabu’I-Munfarid
(6) Birru’I-Walidain.
Beliau wafat pada malam sabtu selesai sholaat Isya, tepat pada malam Idul
Fitri tahun 252 H. dan dikebumikan sehabis sholat Dhuzur di Khirtank, suatu
kampung tidak jauh dari kota Samarkand.[4]
2. IMAM MUSLIM (204-261 H)
Nama lengkapnya Imam
Muslim adalah Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairy, beliau
dinisbatkan kepada Naisabury, karena beliau adalah putra kelahiran Naisabur,
pada tahun 204 h, yakni kota kecil di Iran bagian timur laut. Beliau juga
dinisbatkan kepada nenek memangnya Qusyair bin Ka’ab Rabi’ah bin Sha-sha’ah
suatu keluarga bangsawan besar.
Imam Muslim salah
seorang Muhaddisin, hafidh lagi terpercaya terkenal sebagai ulama yang gemar
bepergian mencari hadits. Ia mulai belajar hadits pada tahun 218 H saat berusia
kurang lebih lima belas tahun. Beliau kunjungi kota Khurasan untuk berguru
hadits kepada Yahya ibn Yahya dan Ishaq ibn Rahawaih, didatanginya kota Rey
untuk belajar hadits pada Muhammad ibn Mahran, Abu Mas’ad dan di Mesir beliau
berguru kepada Amir ibn Sawad, Harmalah ibn Yahya dan kepada ulama hadis yang
lain.
Selain yang disebutkan
diatas masih banyak ulama hadits yang menjadi gurunya, seperti Qatadah ibn
Sa’id, al-Qa’naby, Ismail Ibn Abi Muhammad ibn al-Muksanna, Muhammad ibn rumbi
dan lain-lainnya.
Ulama-ulama besar,
ulama-ulama yang sederajat dengan beliau dan para hafidh, banyak yang berguru
hadits kepada beliau, seperti Abu Halim, Musa ibn Haram, Abu Isa al-Tirmidzi,
Yahya ibn Sa’id, Ibnu Khuzaimah, dan Awawanah, Ahmad ibn al-Mubarak dan lain
sebagainya.
Karya-karya Imam Muslim antara lain :
1. Shahih muslim yang judul aslinya, al-Musnad al-Shahih,
al-Mukhtashar min al-Sunan bi Naql al-Adl’an Rasulullah. Telah diakui oleh
jumhur ulama, bahwa shahih Bukhari adalah sesahih-sahih kitab hadis dan
sebesar-besar pemberi faidah, sedang shahih muslim adalah secermat-cermat
isnadnya dan berkurang-kurang perulangannya, sebab sebuah hadits yang telah
beliau letakakan pada suatu maudhu, tidak lagi ditaruh di maudhu lain. Jadi
kitab shahih ini berada satu tingkat dibawahi sahih Bukhari.
2. Al-Musnad Al-Kabir. Kitab yang menerangkan tentang
nama-nama Rijal Al-Hadits.
3. Al-Jami’al-kabir
4. Kitab I’al wa Kitabu Uhamil Muhadditsin
5. Kitab Al-Tamyiz
6. Kitabu man Laisa lahu illa Rawin Wahidun
7. Kitabu al-Tahbaqat al-Tabi’in
8. Kitab Muhadlramin
9. Kitab lainnya adalah : Al-Asma wa al-Kuna, Irfad
Al-Syamiyyin, Al-Agran, Al-Intifa bi Julus al-Shiba, Aulad Al-Sha-habah,
al-Tharikh, Hadist Amr ibn Syu’aib, Rijal’urwah, Sha-lawatuh Ahmad ibn Hanbal,
Masyayikh al-Tsauri, Masyayikh Malik dan Al-Wuhdan.
Imam muslim wafat pada hari ahad bulan Rajab 261 H dan dikebumikan pada
hari senin di Naisabur.[5]
Keutamaan Shahih Al-Bukhari terhadap Shahih Muslim
Sudah di maklumi
bahwa shahih Al-Bukhari dan shahih Muslim merupakan dua kitab yang paling
shahih sesudah Al-Qur’an. Melalui kitab itu panji-panji sunnah menjadi lebih
berkibar, lebih intens perspektifnya, lebih melebar perkembangannya pada
masa-masa sesudahnya, karena pengaruh kedua kitab shahih itu terhadap
orang-orang yang datang sesudahnya. Eksitensi kedua kitab itu telah membuktikan
adanya gerakan menghimpun dan meriwayatkan hadits pada masa Al-Bukhari dan
Muslim, sehingga derajat kedua kitab itu tidak bisa ditandingi oleh karya
imam-imam hadits yang dating sesudahnya.
Mengenai
perbandingan antara shahih Al-Bikhari dan shahih Muslim, Imam An-Nawawi di
dalam pendahuluan kitab Syarah Shahih Muslim, mengatakan, “Para ulama telah
bersesuaian pendapat bahwa kitab-kitab yang paling shahih sesudah Al-Qur’an
ialah dua kita shahih, pertama Shahih Al-Bukhari dan kedua Shahih Muslim, dan
kedua kitab itu telah di terima oleh seluruh umat Islam.
Kita Shahih
Al-Bukhari adalah paling shahih, banyak mengandung faedah dan pengetahuan di
antara kedua kitab tersebut. Adalah shahih riwayat yang menyebutkan, bahwa Imam
Muslim mengambil faedah dari shahih Al-Bukhari. Imam Muslim sendiri telah
mengakui, Al-Bukhari sebagai orang yang tidak ada bandingannya dalam bidang
ilmu hadits. Pendapat An-Nawawi itu juga dikuatkan oleh pernyataan Imam Muslim
sendiri terhadap Al-Bukhari, “Tidak ada orang yang marah kepadamu (Al-Bukhari)
kecuali orang yang dengki, dan aku bersaksi bahwa di dunia ini tidak ada orang
yang sepertimu.
Imam Al-Dzahabi
berkata, “Bahwasanya shahih Al-Bukhari adalah satu-satunya kitab Islam yang
paling utama setelah Al-Qur’an. Karenanya, sekiranya ada seseorang berpergian
jauhsampai beribu-ribu pos hanya semata-mata untuk mendengarkan Shahih
Al-Bukhari, niscaya kepergiannya itutidak sia-sia.”
Ibnu Hajar
berkata, “Para ulama sepakat mengakui
Al-Bukhari lebih mulia dari Muslim, karena Muslim adalah lulusannya, dia
senantiasa mengambil faedah dari Al-Bukhari dan mengikuti jejak-jejeknya.
Al-Daaruquthni berkata, “Bahwa apa yang dilakukan Muslim mengambil dari Shahih
Al-Bukhari. Dan karena itu, Muslim memduduki posisi meriwayatkan dari
Al-Bukhari dengan menambahkan beberapa tambahan.
Akan tetapi
terlepas dari itu semua, kita sebagai orang yang sedang mempelajari Ilmu Hadits
harus meyakini bahwa Shahih Al-Bukahri dan Shahih Muslim adalah sumber hukum
kedua setelah Al-Qur’an.[6]
3. IMAM ABU DAWUD
Nama lenkap beliau adalah Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq
as-Sijistani. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahirannya yakni Sijistany (
terletak antara Iran dengan Afganistan). Beliau lahir di koa tersebu pada tahun
202H/871M. Beliau juga senang merantau ke negeri-negeri tetangga untuk mencari
hadist dan ilmu-ilmu yang lain. Kemudian dikumpulkan ,ditulis dan disusun
hadist-hadist yang telah diterima dari ulama-ulama Irak, Khurasan, Syam, dan
Mesir. Ulama-Ulama yang pernah diambil hadistnya oleh beliau yakni Sulaiman
binHarb, Ustman bin Abi Syaibah, Al-Qa’naby, dan Abu Walid At-Thayalisy. Beliau
wafat pada hari senin tanggal 13 bulan Shafar tahun 303H/ 915M.
Karya-karyanya
1.
Sunanul
Kubra
Kitab ini lebih dikenal dengan nama Sunan
An-Nasa’i kitab sunan ini adalah kitab sunan yang muncul setelah shahihaini
yang paling sedikit hadist dha’ifnya, tapi paling banyak perulangannya.
Misalnya hadist tentang niat ini dapat diulang sampai 16 kali.
2.
Al-Mujtaba
Kitab ini merupakan kitab setelah
sunanul Kubro yang mana suatu ketika beliau ditanya tentang hadist yang
pernah ditulisnya apakah shahih atau tidak, dan beliau menjawab ada yang shahih
dan ada yang tidak, maka beliau diperintahkan untuk memisahkan hadist yang
shahih saja dan menghimpunnya dalam kitab ini.
4.
IMAM IBNU
MAJJAH
Nama lengkap beliau adalah Abu
Abdillah bin Yazid Al-Qazwini Ibnu Majjah, Majjah adalah sebutan untuk ayanhnya
oleh karena itu is dipanggil Ibnu Majjah. Beliau dilahirkan di Qazwin pada
tahun 207H/824M. Beliau telah membuat sebuah perlawatan ke Bashrah, Baghdad,
Syam, Mesir, Hijas untuk menuntut ilmu Hadist. Beliau wafat pada
tahun273H/887M.
Karya-Karya Imam Ibnu Majah
Imam Ibn
Majah mempunyai banyak karya tulis, di antaranya:
Ø Kitab As-Sunan, yang merupakan salah
satu Kutubus Sittah (Enam Kitab Hadith yang Pokok).
Ø Kitab Tafsir
Al-Qur’an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti diterangkan Ibn
Kasir.
Ø Kitab
Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.
Kedudukan
Sunan Ibnu Majah Di Antara Kitab-Kitab Hadits
Sebahagian ulama tidak memasukkan
Sunan Ibn Majah ke dalam kelompok “Kitab Hadith Pokok” mengingat darjat Sunan
ini lebih rendah dari kitab-kitab hadith yang lima.Sebahagian ulama yang lain
menetapkan, bahawa kitab-kitab hadith yang pokok ada enam kitab (AlKutubus
Sittah/Enam Kitab Hadith Pokok), yaitu:
• Shahih Bukhari, karya Imam Bukhari.
• Shahih Muslim, karya Imam Muslim.
• Sunan Abu Dawud, karya Imam Abu Dawud.
• Sunan Nasa’i, karya Imam Nasa’i.
• Sunan Tirmidzi, karya Imam Tirmidzi.
• Sunan Ibn Majah, karya Imam Ibn Majah.
• Shahih Muslim, karya Imam Muslim.
• Sunan Abu Dawud, karya Imam Abu Dawud.
• Sunan Nasa’i, karya Imam Nasa’i.
• Sunan Tirmidzi, karya Imam Tirmidzi.
• Sunan Ibn Majah, karya Imam Ibn Majah.
5.
IMAM
AT-TURMUDZI
Imam
At-Turmudzi adalah seorang imam, hafizh, dan kritikus hadist. Nama lengkapnya
adalah Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah At-Turmudzi. Ia lahir di Desa
Bujdari, daerah Tirmidz yang dekat dengan sungai Jaihan, pada tahun 209 H.[7]Sejak
kecil ia senang belajar. Ia juga ikut melakukan mengembara keberbagi negeri
pusat ilmu pengetahuan, seperti: Irak, Hijaz, khurasan, Bukhara dan lain-lain.
Selaim itu ia juga belajar kepada berbagai guru antara lain: Al-Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Qutaibah ibn Sa’id, Muhammad ibn Basyar, dan lain-lain. Imam
At-Turmudzi wafat di kampungnya, Tirmidz pada malam Senin, 13 Rajab pada
tahun 279 H pada usia 70 tahun
Karya-Karyanya
Imam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab. Di antaranya:
• Kitab Al-Jami’, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi.
• Kitab Al-‘Ilal.
• Kitab At-Tarikh.
• Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah.
• Kitab Az-Zuhd.
• Kitab Al-Asma’ wal-kuna.
• Kitab Al-Jami’, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi.
• Kitab Al-‘Ilal.
• Kitab At-Tarikh.
• Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah.
• Kitab Az-Zuhd.
• Kitab Al-Asma’ wal-kuna.
Di antara kitab-kitab tersebut yang paling besar dan
terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami’.
Kitab ini adalah salah satu kitab
karya Imam Tirmidzi terbesar dan paling banyak manfaatnya. Ia tergolonga salah
satu “Kutubus Sittah” (Enam Kitab Pokok Bidang Hadith) dan ensiklopedia hadith
terkenal. Al-Jami’ ini terkenal dengan nama Jami’ Tirmidzi, dinisbatkan kepada
penulisnya, yang juga terkenal dengan nama Sunan Tirmidzi. Namun nama
pertamalah yang popular.
Sebahagian ulama tidak berkeberatan
menyandangkan gelar as-Shahih kepadanya, sehingga mereka menamakannya dengan
Shahih Tirmidzi. Sebenarnya pemberian nama ini tidak tepat dan terlalu gegabah.
Setelah selesai menyususn kitab ini, Tirmidzi memperlihatkan kitabnya kepada
para ulama dan mereka senang dan menerimanya dengan baik. Ia menerangkan:
“Setelah selesai menyusun kitab ini, aku perlihatkan kitab tersebut kepada
ulama-ulama Hijaz, Irak dan Khurasa, dan mereka semuanya meridhainya,
seolah-olah di rumah tersebut ada Nabi yang selalu berbicara.”
Imam Tirmidzi di dalam Al-Jami’-nya
tidak hanya meriwayatkan hadith shahih semata, tetapi juga meriwayatkan
hadith-hadith hasan, da’if, garib dan mu’allal dengan menerangkan kelemahannya.
Dalam pada itu, ia tidak meriwayatkan dalam kitabnya itu, kecuali hadith-hadith
yang diamalkan atau dijadikan pegangan oleh ahli fiqh. Metode demikian ini
merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh kerananya, ia meriwayatkan semua
hadith yang memiliki nilai demikian, baik jalan periwayatannya itu shahih
ataupun tidak shahih. Hanya saja ia selalu memberikan penjelasan yang sesuai
dengan keadaan setiap hadith.
6.
IMAM NASA’I
Nama
lengkapnya adalah Abu Abdirrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn al-Khurasani an-Nasa’i.
Nama Nasa’i dinisbatkan dengan kampung halamannya Nasa’, bagian dari Khurasan.
Ia lahir di tahun 215 H. ketika umur 15
tahun ia mulai berkelana menimba pengalaman. Pusat-puat study yang ia
kunjungi antara lain, Hijaz, Irak, meair, Syam, Syiria dan akhirnya ia
memutuskan untuk tinggal di Mesir.
Imam
Nasa’i belajar banyak hadist dari guru-gurunya Al-Bukhari, di antaranya adalah
Ishaq ibn Rahawaih. Selain itu gurunya lain adalah Qutaibah ibn Sa’id dan
imam-imam hadist dari Khurasan, Hijaz,
Irak dan Mesir. Selain itu ia juga mempunyai banyak murid antara lain: Abu
Nasher Ad-Dalaby dan Abdul-Qasim At-Thabary.
Karya karyanya
Imam Nasa’i telah menulis beberapa kitab besar yang
tidak sedikit jumlahnya. Di antaranya:
Ø As-Sunan
ul-Kuba.
Ø As-Sunan
us-Sughra, tekenal dengan nama Al-Mujtaba.
Ø Al-Khasa’is.
Ø Fada’ilus-Sahabah.
Ø Al-Manasik.
Di antara karya-karya tersebut, yang paling besar dan bemutu adalah Kitab
As-Sunan.
Sunan
An-Nasa’i
Mulanya
Imam Nasa’i menyusun kitab hadist dengan nama Al-sunan al-Kubra. Kitab ini
diperlihatkan kepada gubernur al-Ramlah, kemudian ia bertanya, “Apakah semua
hadistnya shahih?” An-Nasa’i menjawab ‘Ada
yang shahih, hasan, dan yang menghampiri derajat keduanya.”.
Selanjutnya, ia mengatakan kepada An-Nasa’i untuk menuliskan hanya hadist
shahih saja. Akhirnya, An-Nasa’i memurnikan As-sunan al-kubra-nya menjadi
As-sunan Ash-Shughra dan member nama al-sunan Al-Mujtaba.
7.
IMAM MALIK
Nama
lengkapnya adalah Abu Abdullah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Amir ibn Al-haris
ibn Ghaiman ibn Husail ibn Amr ibn Al-Haris Al-Ashbani Al-Madani. Imam Malik
dilahirkan di Madinah dri sepasang suami istri Anas bin Malik dan Aliyah binti
Suraik, bngsa Arab Yaman. Ayah Imam Malik bukanlah Anas bin Malik sahabat Nabi,
melainkan sahabat Nabi yang sangat minim sekali informasinya. Tentang
kelahirannya, terdapat perbedaan dikalangan parab sejarawan. Ada yang
mengatakan 90 H, 93 H, 94 h dan ada pula yang mengatakan 97 H, akan tetapi
mayoritas sejarawan mengatakan bahwa Imam Malik lahir pada tahun 93 H pada masa
Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik ibn Marwan dan meninggal dunia pada tahun 179
H dalam usia 87 tahun setelah satu bulan sakit. Ia dikebumikan di kuburan
Baqi’. Imam Malik menikah dengan seorang
hamba yang melahirkan 3 anak laki-laki (Muhammad, Hammad, dan Yahya) dan
seorang anak perempuan (Fatimah).
Guru-guru
dan Murid
Sejak
kecil atas dukungan orang tuanya, khususnya ibunya, beliau berguru kepada para
ulama di Madinah. Ia tidak pernah berkelana keluar Madinah karena kota Madinah
pada masa itu adalah pusat ilmu pengetahuan agama islam, dan karena di tempat
inilah, banyak tabi’in yang berguru kepada sahabat-sahabat Nabi. Imam Malik
pernah berguru kepada 900 guru, 300 diantaranya dari golongan tabi’in dan 600
orang dari golongan tabi’it tabi’in. menurut Amin Al-Khulli, diantara guru-gurunya
yang terkenal adalah:
1. Rabi’ah
Ar-Ra’yi bin Abdurrahman Furuh Al-Madani.
2. Ibnu Humuz
Abu Bakar bin Yazid.
3. Ibnu Syihab Az-Zuhri.
4. Nafi’ ibn
Surajis Abdullah ibn Umar.
5. Ja’far
Shadiq ibn Muhammad ibn Ali Al-Husain ibn Abu Thalib isna asy’ariyyah
6. Muhammad
ibn Al-Munkadir ibn Al-Hadiri At-Taimy Al-Quraisyi.
Sementar itu, murid Imam Malik didapat
di klasifikasikan dalam 3 kelompok:
1.
Dari kalangan tabi’in, diantaranya: Sufyan Ats-TSauri Al-Lais bin Sa’id,
Hammad ibn Zaid, Sufyan ibn Uyainah, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan lain-lain.
2.
Dari kalangan tabi’it-tabi’in, yaitu: Az-Zuhri, Ayyub Asy-Syakhtiyani,
Abul Aswad, Rabi’ah ibn Abd Ar-rahman, Musa ibn ‘Uqbah , dan lain-lain.
3.
Bukan tabi’in, yaitu: Nafi’ ibn Abu nu’aim, Muhammad ibn Aljan, Salim ibn
Abi Umaiyah, Abu An-Nadri, Mulana Umar ibn Abdullahy, Asy-Syafi’i, dan
lain-lain.
Karya
karyanya
Diantara karya-karya Imam
Malik adalah:
1. Al-Muwatta’
2. Kitab
‘Aqdiyah
3. Kitab
nujum, Hisab Madar Al-Zaman, Manazil Al-Qamar
4. Kitab
Manasik
5. Kitab
Tafsir Li Garib Al-Qur’an
6. Ahkam
Al-Qur’an
7. Al-Mudawwan
Al-Kubra
8. Tafsir
AlQur’an
9. Kitab Musa
Islam
10. Risalah ibn Matruf Gassan
11. Risalah ila Al-Lais
12. Risalah ila ibn Wahb.
Akan
tetapi, dari beberapa karya tersebut yang sampai kepada kita hanya dua yakni,
Al-Muwatta’ dan Al-mudawwanah Al-Kubra.
Disamping keahliannya
dalam bidang ilmu fiqhi, seluruh ulama telah mengakuinya sebagai muhaddits yang
tangguh , seluruh warga Negara Hijaz memberikan gelar kehormatan baginya
“Sayyidi Fuqaha’i-Hijaz”. Imam Yahya bin Sa’id al-Qahthan dan Imam Yahya bin
Ma’in menggelarinya sebagai Amirulmukminin Fi’I-Hadits.
Imam Bukhari mengatakan
bahwa sanad yang dikatakan ashahu’i-asnaid, ialah bila sanad itu terdiri dari
Malik, Nafi’I, dan Ibnu’Umar r.a.
Karya beliau yang
sangat gemilang dalam bidang ilmu hadits, ialah kitab-kitab Al-Muwaththa
tersebut ditulis pada tahun 144 H, atas anjuran khalifah Ja’far al-Manshur,
sewaktu bertemu di saat-saat menunaikan ibadah haji.
Beliau wafat pada hari
ahad, tanggal 14 Rabiul Awwal tahun 169 (menurut sebagian pendapat, tahun 179
H), di Madinah, dengan meninggalkan 3 orang putra : Yahya, Muhammad dan Hammad.[8]
b8. IMAM AHMAD BIN HANBAL
Imam Abu Abdillah bin Muhammad bin Hanbal al-Marwazy adalah ulama hadits
yang terkenal kelahiran Bagdad. Disamping sebagai seorang muhadditsin, terkenal
juga sebagai salah seorang pendiri dari salah satu mazhab empat yang dikenal
oleh orang-orang kemudian, dengan nama mazhab Hanabilah (Hanbaly). Beliau
dilahirkan pada bulan Rabi’ul Awal, tahun 169 H. dikota Bagdad.
Dari Bagdad inilah beliau memulai mencurahkan perhatiannya belajar dan
mencari hadits sekhidmat-khidmat, sejak beliau baru berumur 16 tahun. Beliau
juga berkirim surat kepada ulama-ulama hadits di beberapa negeri, untuk
kepentingan yang sama, yang kemudian diikuti dengan peratauannya ke kota-kota
Mekah, Madinah, Syam, Yaman, Basrah dan lain-lain.
Dari peratauan ilmiah, beliau mendapatkan guru-guru hadits yang kenamaan,
antara lain : Sufyan bin Uyainah, Ibrahim bin sa’ad, Yahya bin qaththan. Adapun
ulama-ulama besar yang pernah mengambil ilmu dari padanya antara lain :
Imam-imam Bukhary. Muslim, Ibnu Abid-Dunya dan Ahmad bin Abil Hawarimy.
Beliau sendiri adalah seorang murid imam As-Syafi’I yang paling setia.
Tidak pernah berpisah dengan gurunya kemana pun sang guru berpergian.
Para ulama telah sepakat menetapkan keimanan, ketakwaan, ke-wara’-an dan
ke-zuhud-an beliau, disamping keahliannya dalam bidang perhaditsan. Sehabis
salat Ashar, beliau berdiri dengan bersandar pada tembok dibawah menara
mesjidnya. Kemudian berkerumunlah orang untuk menanyakan hadits. Disambutnya
pertanyaan mereka dengan gembira dan sekaligus meluncurkan berpuluh-puluh
hadits dan hafalannya lewat mulutnya.
Dan menurut Abu zur’ah, beliau mempunyai tulisan sebanyak 12 macam yang
semuanya sudah dikuasai diluar kepala. Juga beliau mempunyai hafalan matan
hadits sebanyak 1.000.000 buah. Beliau dituduh bahwa beliaulah yang menjadi
sumber pendapat, bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, sehingga mengakibatkan
penyiksaan dan harus meringkuk dipenjara atas tindakan pemerintah diwaktu itu.
Diantara karya beliau yang sangat gemilang ialah musnadu’I kabir kitab
musnad ini merupakan satu-satunya kitab musnad terbaik dan terbesar diantara
kitab-kitab musnad yang pernah ada.
Beliau wafat pada hari Jumat bulan Rabiul Awal tahun 241 H di Bagdad dan
dikebumikan di Marwaz, sebagian ulama menerangkan bahwa disaat meninggalnya.
Jenazahnya diantar oleh 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan dan
suatu kejadian yang menakjubkan disaat itu, pula 20.000 orang dari kaum
Nasrani, Yahudi dan Majusi masuk agama Islam, makamnya paling banyaj dikunjungi
orang.[9]
BAB III
P E N U T U P
Kesimpulan
Diantara para ulama hadits yang telah berjasa dalam pengkodofikasian hadits
dan ilmu hadits. Sejak masa pertama dikumpulkan secara resmi sampai pada
penyelesaiannya antara yang shahih dan yang bukan shahih adalah
5 Bukhari ( 194-296 H)
6 Muslim (204-261 H)
7 Imam Malik bin Anas (93-179 H)
8 Imam Ahmad bin Hanbal (169-241
H)
Adapun menurut urutan tahun mereka disusun mulai Umar ibn Abd al-Aziz,
Muhammad ibn Syihab al-Zuhri, Muhammad ibn Hazm, al Ramahurmuzi, Imam Malik bin
Anas, Imam Ahmad bin Hanbal, Bukhari dan terakhir Imam Muslim.
Hubungan mereka dalam meriwayatkan suatu hadits diantaranya dengan cara
bertemu, jadi bagi mereka yang hidupnya semasa atau seabad mereka bisa bertemu
dan mendiskusikan hadits. Contohnya Imam Bukhari dan Muslim mengambil ilmu-ilmu
hadits dari Imam Ahmad bin Hanbal.
DAFTAR PUSTAKA
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadits (Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya,
2001).
Suparta, Munzier. Ilmu Hadits (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2003).
Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul Hadits (Bandung, PT
Al-Ma’arif 1974).
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadist (Jakarta:
Bulan Bintang, 1961), 407.
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadist (Bandung: Al-Ma’arif, 1974), 376.
Badri Khaeruman, Ulumul Al-Hadist (Bandung: Pustaka
SetIa, 2010), 253.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar