selamat datang

Sampaikan Walau Hanya Satu Ayat

Selasa, 31 Desember 2013

kerajaan samudera pasai





Hal ini membuktikan bahwa masyarakat manusia telah mengenal hubungan Internasional, dan telah melakukan hubungan perdagangan dengan masyarakat muslim. Sumatra ialah wilayah yang sangat strategis untuk jalur perdagangan, dan itulah salah satu factor mengapa banyak berdiri kerajaan kerajaan islam kurang lebih pada abad ke-12. Walaupun dari berita cina, di Jawa telah ada kelompok masyarakat muslim sejak abad ke-8. Kerajaan-kerajaan yang ada disumatra misalnya ialah samudra pasai, aceh, dan lain sebagainya. Namun penulis lebih mendalami tentang samudra pasai, karena pembahasan itu terkait dengan samudra pasai.

















Sejarah kerajaan Samudra Pasai, tidak terlepas dari Islamisasi Nusantara, khususnya di Sumatra. Karakteristik agama Islam yang fleksibel dan dapat merakyat dikalangan masyarakat Indonesia menjadi salah satu faktor pendukung masuknya Islam di Nusantara. Bahkan sampai sekarang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Islamisasi itu sendiri berawal  kira-kira dari abad ke-7 sampai sekarang. Berita awal abad ke-16 M dari Tome pires dalam suma oriental (1512-1515) mengatakan bahwa di Sumatra, telah banyak kerajaan islam baik yang besar maupun yang kecil. Tetapi munculnya kerajaan Samudra Pasai itu sendiri pada abad ke-13, antara tahun 1270-1275.
Kerajaan Samudra Pasai muncul pada abad ke 13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya hancur, Samudra pasai sendiri didirikan oleh Sultan Malik as-Saleh. Sultan Malik as-Saleh sendiri mendirikan kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13, dan menjadi raja pertama kerajaan Samudra Pasai, dan wafat pada tahun 696 H atau 1297 M, pada pemerintahannya masih belum terlihat tanda-tanda kejayaan yang signifikan, namun pada pemerintahannya setidaknya kerajaan Samudra pasai merupakan kerajaan yang besar dari wilayah Aceh sendiri.  letak kerajaan Samudra Pasai kurang lebih 15 Km disebelah timur Lhoukseumawe, Nangroe Aceh. Diapit oleh sungai besar yaitu sungai Peusungan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh Tengah. Letaknya yang sangat strategis membuat Samudra pasai menjadi kerajaan yang besar dan berkembang pesat pada zaman itu.
Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai sendiri tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya yang menjadi jalur pelayaran perdagangan internasional, yang membuatnya menjadi lalu lalang pra pedagang asing. Juga menjadi tempat transmigrasi oleh para pedagang asing, seperti Cina, Arab, India dan lain lain. Sebagai tempat jalur perdagangan Samudra Pasai juga menjadi persinggahan budaya dan agama. Namun tidak pula terlepas dari akulturasi budaya yang dihasilkan dari percampuran dua budaya.
Sejak abad ke-9 sampai ke-11 M berita-berita pelayaran dan geografi Arab juga telah menambah sumber-sumber sejarah. Berita-berita itu, antara lain dari Ibn Khurdazbih (850),Ya’qubi (875-880), Ibnu Faqih (902), Ibnu Rusteh (903), Ishaq Ibn Iman (lk.907), Muhammad Ibnu Zakariyya al-Razi, Abu Zaid dari sirat (lk. 916), Abu Dulaf (lk.940), Mas’udi (943), dan Buzurg Ibn Syahriyar (awal abad ke10).
Hal ini membuktikan bahwa islamisasi telah ada sebelum kerajaan Samudra Pasai didirikan. Oleh karena itu, sejak abad ke-7 dan ke-8 sampai abad ke-11 M di daerah pesisir selat Malaka dan juga di Cina Selatan tumbuh komunitas-komunitas muslim akibat islamisasi.
Pada kurun abad ke-14, nama Kesultanan Samudera Pasai sudah sangat terkenal dan berpengaruh serta memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas. Armada perang yang kuat sangat mendukung Kesultanan Samudera Pasai untuk semakin melebarkan sayap kekuasaannya, baik dengan tujuan menguasai dan menduduki wilayah kerajaan lain ataupun demi mengemban misi menyebarkan agama Islam. Wilayah kekuasaan Kesultanan Samudera Pasai pada masa kejayaannya terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di Pantai Utara Aceh, yaitu Sungai Peusangan dan Sungai Pasai. Daerah kekuasaan Kesultanan Samudera Pasai tersebut juga meliputi Samudera Geudong (Aceh Utara), Meulaboh, Bireuen, serta Rimba Jreum dan Seumerlang (Perlak).

Perjuangan Kerajaan Pasai dalam Perkembangan Islam
            Kerajaan Pasai punya andil yang besar dalam upaya penyebaran dan pengembangan Islam, terutama pada masa pemerintahan Sultan Malikus Saleh dan Malikud Dhohir II. Di mana penyebaran Islam dipimpin langsung oleh raja dengan dibantu oleh para alim ulama. Dari kerajaan Pasai lah pada tahun 1440 M. Agama Islam masuk dan berkembang diPariaman, Malaka, Tapanuli, Riau, Minangkabau, Kerinci dan di sebagian daerah Sumatera Selatan.
Pada masa kerajaan Pasai terdapat beberapa tokoh yang sangat berjasa dalam penyebaran Islam di Sumatera, diantaranya adalah Syah Baharuddin ke Sumatera Barat, Raden Rahmat (Sunan Ampel)dan seorang raja dari lampung bernama Minak Kumala Bumi ke Sumatera Selatan.
Peninggalan kerajaan Pasai tidak banyak diketahui, karena kurangnya peninggalan budaya dan tidak banya ditemukannya dasar tertulis dari kerajaan tersebut, kecuali ada beberapa makam pada raja yang bertuliskan arab dan berita-berita berisi dari sumber lain seperti Ibnu Batutang. Akan tetapi di duga pada saat itu telah ada lembaga-lembaga Islam yang digunakan sebagai tempat musyawarah atau penyiaran (pengajaran) agama Islam seperti Masjid, musola dan buku-buku yang berisi syair-syair tentang ajaran Islam atau hikayatnya raja-raja dan pada pahlawannya dalam mengembangkan agama Islam.
Samudera Pasai semakin berkembang terutama setelah jalan berdagang antara Timur dan Barat yang mula-mula melalui Bagdad, pindah melalui Mesir. Karena itu maka Cambay (Bandar Gujarat) semakin ramai. Di sisi lain hubungan Samudera Pasai dengan Gujarat terjalin semakin erat. Hubungan ini adalah salah satu sebab yang mendorong pesatnya perkembangan agama Islam di Samudera Pasai.

Telah diketahui bahwa masa awal kerajaan Samudra Pasai ditandai dengan kepemimpinan sultan Malik as-Saleh yang merupakan raja pertama kerajaan Samudra Pasai. Pasai sendiri merupakan kerajaan yang besar pada saat itu, terbukti dengan reruntuhan-reruntuhan kerajaan Pasai yang diperkirakan merupakan kerajaan yang besar pada  masa itu.
Selain itu Pasai juga merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara, bahkan pertama di Asia Tenggara, yang merupakan pusat penyebaran pertama kali di Indonesia dan Asia Tenggara. Selain sebagai kerajaan muslim yang pertama Pasai juga merupakan kerajaan yang menjadi jalur perdagangan dan mempunyai Bandar-bandar perdagangan yang mampu menyokong ekonomi ;pemerintahan.
Sebagai suatu kerajaan pastilah pasai mempunyai pemimpin pemerintahannya, antara lain adalah:

Periode
Nama Sultan atau Gelar
Catatan dan peristiwa penting
1267 - 1297
Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu)
Hikayat Raja-raja Pasai dan makam raja
1297 - 1326
Koin emas telah mulai diperkenalkan
1326 - 1345
Dikunjungi Ibnu Batutah
1345 - 1383
Diserang Majapahit
1383 - 1405
Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir
Dikunjungi Cheng Ho
1405 - 1412
Sultanah Nahrasiyah Raja perempuan, (janda Sultan Pasai sebelumnya)

1405 - 1412
Sultan Sallah ad-Din Menikahi Sultanah Nahrasiyah

1412 - 1455
Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir
Mengirim utusan ke Cina
1455 - 1477
Sultan Mahmud Malik az-Zahir II

1477 - 1500
Sultan Zain al-Abidin ibn Mahmud Malik az-Zahir II



Sultan Zain al-Abidin II

1501 - 1513
Sultan Abd-Allah Malik az-Zahir

1513 - 1521
Sultan Zain al-Abidin III
Penaklukan oleh Portugal



Pada kerajaan samedera pasai sudah mempunyai lembaga-lembaga Negara yang teratur dengan Angkatan Perang, Laut dan Darat yang kuat, antara lain

ΓΌ  Lembaga kabinet yang menjadi perdana menterinya Sri Kaya Said Khiatuddin,
ΓΌ  Lembaga Mahkamah Agung, yang menjadi Mufti Besarnya (Syaikhul Islam) Said Ali bin Ali Al Makarany,
ΓΌ  Lembaga Kementerian Luar Negeri yang menjadi menterinya Bawa Kaya Ali Hisamuddin Al Malabary.

Masa awal kerjaan Samudra Pasai ini tergolong tidak begitu terlihat. Selain itu perkembangan kerajaan ini bersifat perlahan-lahan. Walaupun begitu mata uang telah dikenal di kerajaan ini, sejak pemerintahan sultan Malik as-Saleh, yang dinami mata uang Dirham, yang juga dikenal sebagai mata uang negara Arab saat itu.
Pada awal abad ke-16 mungkin masa memuncaknya kerajaan Samudra Pasai sebagaimana diberitakan oleh Tome Pires (1512-1515) tengah mengalami berbagai kemajuan dibidang politik pemerintahan, di bidang keagamaan, terutama di bidang pertanian dan perdagangan. Adapun Pasai yang selalu menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan lain, seperti Malaka yang saat itu Malaka menjadi pusat perdagangan Dunia, yang diikuti pula pernikahan antara raja-raja malaka dengan para putri Pasai

Kemajuan kemajuan tersebut antara lain:
1.       Perdagangan
Yang merupakan perdagangan internasional, Pasai mempunyai Bandar-bandar yang dapat menjadi persinggahan para pedagang asing dan mereka juga membayar uang pajak untuk Pasai

2.       Pelayaran
Sebagai kerajaan maritime, pastinya Pasai mempunya keunggulan dalam bidang pelayaran dan nelayan. Maka dari itu masyarakat Pasai, mayoritas ialah nelayan

3.        Perekonomian
Merupakan salah satu kemajuan Pasai dalm meraih kejayaannya, dan perekonomian Pasai telah terbantu dengan adanya perdagangan dan pelayaran, serta pajak dagang yang dikenakan bagi pedagang,

4.       Hubunagan internasional dan politik
Merupakan keterkaitan, yakni terjadi pula politik pernikahan, yang dilakukan oleh sultannya.



Keadaan masyarakat Pasai jelas sekali, menggantungkan kehidupan lewat pelayaran dan perdagangan. Karena sebagai kerajaan maritim memungkinkan masyarakat pasai menjadi salah satu pelaku dalam perdagangan dan pelayaran. Terlebih lagi Samudra Pasai mempunyai Bandar-bandar yang bisa menjadi tempat singgah untuk ppara pedagang asing. Dan pajak yang dikenakan oleh pemerintah Samudra Pasai kepada para pedagang sesuai dengan apa yang dijuanya. Memungkinkan masyarakat mampu untuk bertahan.


Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan pertama yang ada di Indonesia, sebagai kerajaan yang besar pada saat itu,  kerajaan Samudra Pasai berkembang dalam beberapa bidang, yaitu:
1.       Samudra Pasai sebagai pelopor keagamaan bagi Asia Tenggara khususnya Indonesia

Masuknya Islam ke Pasai, belum diketahui secara pasti itu kapan, apa lagi bila masuknya Islam didasarkan pada mulainya terdapat penduduk muslim atau masyarakat muslim di sana. Namun bila didasarkan kepada lembaga politik, serta terbentuknya politik bercorakkan Islam, maka dapat dikatakan bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke-13.
Peranan penting yang dimainkan Pasai dalam persebaran Islam ke seluruh Nusantara dan bahkan ke kawasan Asia Tenggara dimungkinkan karena hubungan ini berkaitan dengan kegiatan perdagangan yang di dalamnya juga terdapat kegiatan para pedagang yang sekaligus bertindak sebagai pendakwah.( Gade Ismail, M.1997:26)
Munculnya Malaka sebagai pusat perdagangan internasional tidak terlepas dari pengaruh Pasai sendiri, karena kedua kerajaan ini mengadakan hubungan persahabatan terlebih lagi setelah raja Paramisora yang menikahi putrid Pasai dan mengganti namanya menjadi sultan Muhammad Iskandar, sebelumnya Samudra Pasai juga menjadi jaringan perdagangan internasional. Penyebab Samudra Pasai menjadi salah satu jaringan perdagangan ialah letaknya yang berdampingan atau dekat dengan pantai. Dan memungkinkan mudahnya pedagang-pedagang asing untuk singgah.
Hubungan Samudra Pasai dengan daerah daerah lain di Indonesia seperti pulau Jawa, Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan, Lombok, dan Sumbawa. Dibuktikan dengan kesamaan bentuk makam di Pasai dan daerah itu sendiri. Seperti di Jawa makam Maulana Malik Ibrahim dengan makam sultanah Nahrasyiah. Hal ii membuktikan adanya persebaran Islam yang ada di Indonesia yang juga dipengaruhi oleh Samudra Pasai.
Selain itu pengaruh Pasai dengan Malaka, merupakan bukti persebaran Islam di kawasan Asia Tenggara. Pengaruh Pasai juga berlangsung atas kedah, meskipun kedah juga berada dalam kekuasaan Siam, melalui Kedah para Muballigh Islam dari Pasai menyebarkan agama Islam di wilayah-wilayah Semenanjung Melayu, yang terletak lebih ke pedalaman sampai ke Trengganu(Gade Ismail, M.1997:29).

2.       Pasai Dalam Jaringan Perdagangan Internasional

Keterlibatan Pasai dengan jaringan perdagangan internasional, tidak terlepas dari letak kerajaan Samudra Pasai yang strategis untuk menjadi salah satu peserta dalam jaringan perdagangan internasional. Malaka sebagai pusat perdagangan internasional, sudah dimulai sejak awal abad Masehi. Sejak masa prasejarah Semenanjung Melayu telah mempunyai kedudukan penting dalam adanya jaringan perdagangan dengan menjadi jalur lalu lintas perdagangan internasional. Itu semua tidak terlepas dari letak geografis yang dimiliki oleh Semenanjung Melayu.
Pelayaran oramg-orang Arab dan India sudah berlangsung sebelum berkembangnya agama Islam. Pada tahun 114 pelayaran pelayaran Arab berhasil ke India, meskipun dalam perjalanan pulangnya mereka dihantam badai besar di pantai Afrika.( Gade Ismail, M.1997:16)
          Menurut Ibnu Battutah Samudra Pasai mempunyai armada dagang yang kuat. Faktor yang mendorong berkembangnya samudra pasai ;
        ΓΌ  Letaknya yang strategis
        ΓΌ  Melemahnya kerajaan Sriwijaya
        ΓΌ  Kekayaan alam yang melimpah

            E.     Keruntuhan Samudera Pasai
Kejayaan Kesultanan Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari peradaban terbesar di Jawa waktu itu, yakni dari Kerajaan Majapahit dengan Gadjah Mada sebagai mahapatihnya yang paling legendaris. Gadjah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada periode 1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh Jayanegara. Pada 1331, Gadjah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika Majapahit dipimpin oleh Ratu Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gadjah Mada menjadi Mahapatih Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah Palapa, yaitu bahwa Gadjah Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gadjah Mada rupanya sedikit terusik mendengar kabar tentang kebesaran Kesultanan Samudera Pasai di seberang lautan sana. Majapahit khawatir akan pesatnya kemajuan Kesultanan Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gadjah Mada mempersiapkan rencana penyerangan Majapahit untuk menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus tentang serangan tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap kerajaan Islam Samudera Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh. Ekspedisi Pamalayu armada perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih Gadjah Mada memulai aksinya pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang dilakukan Majapahit di perbatasan Perlak mengalami kegagalan karena lokasi itu dikawal ketat oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gadjah Mada tidak membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari tempat lapang di pantai timur yang tidak terjaga. Di Sungai Gajah, Gadjah Mada mendaratkan pasukannya dan mendirikan benteng di atas bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan nama Bukit Meutan atau Bukit Gadjah Mada.
Selanjutnya, Gadjah Mada menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan jurusan darat. Serangan lewat laut dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan Jambu Air. Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang terletak di antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami kegagalan karena dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara serangan yang dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena faktor kepentingan ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat Kesultanan Samudera Pasai telah membuat Gadjah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai kejayaan itu. Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai telah dilakukan berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya pengaruh Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16, Samudera Pasai masih dapat mempertahankan peranannya sebagai bandar yang mempunyai kegiatan perdagangan dengan luar negeri. Para ahli sejarah yang menumpahkan minatnya pada perkembangan ekonomi mencatat bahwa Pasai pernah menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan dagang internasional di nusantara semenjak peranan Kedah berhasil dipatahkan.
Namun kemudian, peranan Pasai yang sebelumnya sangat penting dalam arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan dengan munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu Bandar Malaka segera menjadi primadona dalam bidang perdagangan dan mulai menggeser kedudukan Pasai. Tidak lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu yang singkat segera dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan Pasai kian lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya menjadi kendor dan akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun 1450. Apalagi ditambah kedatangan Portugis yang berambisi menguasai perdagangan di Semenanjung Melayu. Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki Kesultanan Samudera Pasai.
Tidak hanya itu, Kesultanan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah menyerang Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan Samudera Pasai semakin meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat itu, Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh Darussalam.









Samudra pasai sendiri didirikan oleh Sultan Malik as-saleh. Sulatan Malik As-saleh sendiri mendirikan kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13, dan menjadi raja pertama kerajaan Samudra Pasai, dan wafat pada tahun 696 H atau 1297 M. Keadaan masyarakat Pasai jelas sekali, menggantungkan kehidupan lewat pelyaran dan perdagangan
Terdapat pula perkembangan-perkembangan yang telah dicapai oleh Samudra Pasai yaitu:
1.      Dalam bidang kegamaan, yakni pasai sebagai kerajaan yang pertama dan berpengaruh dalam persebaran Islam di Asia Tenggara dan Indonesia.
2.      Dalam bidang perdagangan, yakni sebagai salah satu peserta dalam kegiatan perdagangan internasional.
3.      Politik islam yang juga tidak terlepas dari masuknya Islam di Sumatra.
4.      Pelayaran, sebagai kerajaan agraris Smaudra Pasai mempunyai potensi di pelayaran, dan nelayan.


1.      Berdiri pada abad ke-13 dan didirikan oleh Meurah Silu atau sultan Malik as-Saleh.
2.      Masa awal dan kejayaan kerajaan ini tidak bisa dijelaskan secara jelas kapan, pada kepemimpinan siapa. Tetapi terjadi perkembangan dan masa kejayaan di kerajaan ini.
3.      Perkembangan Samudra pasai dalam bidang: ekonomi, dari perdagangan dan pelayaran, juga pajak yang dikenakan bagi para pedagang asing; pada bidang keagamaan; pada bidang politik Islam; pada bidang hubungan dengan negara asing, seperti Cina, Malaka, dan Arab.








Azwar, Pocut Haslinda Hamid. 2009. “Sultanah Nahrasiyah”, dalam http://www.modusaceh-news.com,28 April 2009 diakses 17 April 2013

Gade,I,M.1997.Pasai Dalam Perjalanan Sejarah: Abad ke-13 sampai Awal Abad ke-16.Jakarta: CV. Putra Sejati Raya.

 Soejono,R.Z.2008.Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman Prtumbuhan dan Perkembangan Islam di Indonesia. Jakarta:  Balai Pustaka.

Romeo,I,M.2012.KerajaaanSamudraPasai,(online),(http://iqbalromeo.blogspot.com/2015/04/kerajaan-samuderapasai.html), diakses15April 2013

Sufi, Rusdi. “Mata Uang Kerajaan-Kerajaan Aceh”, dalam Rusdi Sufi & Agus Budi Wibowo. 2004. Ragam Sejarah Aceh. Banda Aceh: Badan Perpustakaan NAD


Tidak ada komentar:

Posting Komentar