Islam merupakan agama yang telah datang sebelum abad ke-13, melalui jalur
perdagangan, kemajuan perdagangan yang signifikan membuat Islam masuk ke
Sumatra sangat cepat, karena semenjak zaman kerajaan Sriwijaya, Sumatra telah
mengetahui adanya perdagangan antar bangsa yang seringkali disebut dengan
perdagangan Internasional. Berdasarkan berita Cina zaman T’ang, pada abad abad
tersebut ( abad ke-7 dan ke-8) diduga masyarakat muslim telah ada, baik di
kanfu maupun di daerah Sumatra sendiri.
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat manusia telah mengenal hubungan
Internasional, dan telah melakukan hubungan perdagangan dengan masyarakat
muslim. Sumatra ialah wilayah yang sangat strategis untuk jalur perdagangan,
dan itulah salah satu factor mengapa banyak berdiri kerajaan kerajaan islam
kurang lebih pada abad ke-12. Walaupun dari berita cina, di Jawa telah ada
kelompok masyarakat muslim sejak abad ke-8. Kerajaan-kerajaan yang ada
disumatra misalnya ialah samudra pasai, aceh, dan lain sebagainya. Namun
penulis lebih mendalami tentang samudra pasai, karena pembahasan itu terkait
dengan samudra pasai.
Sejarah
kerajaan Samudra Pasai, tidak terlepas dari Islamisasi Nusantara, khususnya di
Sumatra. Karakteristik agama Islam yang fleksibel dan dapat merakyat dikalangan
masyarakat Indonesia menjadi salah satu faktor pendukung masuknya Islam di
Nusantara. Bahkan sampai sekarang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam, Islamisasi itu sendiri berawal
kira-kira dari abad ke-7 sampai sekarang. Berita awal abad ke-16 M dari
Tome pires dalam suma oriental (1512-1515)
mengatakan bahwa di Sumatra, telah banyak kerajaan islam baik yang besar maupun
yang kecil. Tetapi munculnya kerajaan Samudra Pasai itu sendiri pada abad
ke-13, antara tahun 1270-1275.
Kerajaan
Samudra Pasai muncul pada abad ke 13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya hancur, Samudra pasai sendiri didirikan oleh Sultan Malik as-Saleh. Sultan Malik
as-Saleh sendiri mendirikan kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13, dan menjadi
raja pertama kerajaan Samudra Pasai, dan wafat pada tahun 696 H atau 1297 M,
pada pemerintahannya masih belum terlihat tanda-tanda kejayaan yang signifikan,
namun pada pemerintahannya setidaknya kerajaan Samudra pasai merupakan kerajaan
yang besar dari wilayah Aceh sendiri.
letak kerajaan Samudra Pasai kurang lebih 15 Km disebelah timur
Lhoukseumawe, Nangroe Aceh. Diapit oleh sungai besar yaitu sungai Peusungan dan sungai
Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang
hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh Tengah. Letaknya yang sangat strategis membuat Samudra pasai menjadi kerajaan yang
besar dan berkembang pesat pada zaman itu.
Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra
Pasai sendiri tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya yang menjadi jalur
pelayaran perdagangan internasional, yang membuatnya menjadi lalu lalang pra
pedagang asing. Juga menjadi tempat
transmigrasi oleh para pedagang asing, seperti Cina, Arab, India dan lain lain.
Sebagai tempat jalur perdagangan Samudra Pasai juga menjadi persinggahan budaya
dan agama. Namun tidak pula terlepas dari akulturasi budaya yang dihasilkan
dari percampuran dua budaya.
Sejak abad
ke-9 sampai ke-11 M berita-berita pelayaran dan geografi Arab juga telah
menambah sumber-sumber sejarah. Berita-berita itu, antara lain dari Ibn
Khurdazbih (850),Ya’qubi (875-880), Ibnu Faqih (902), Ibnu Rusteh (903), Ishaq
Ibn Iman (lk.907), Muhammad
Ibnu Zakariyya al-Razi, Abu Zaid dari sirat (lk. 916), Abu Dulaf (lk.940), Mas’udi (943), dan Buzurg Ibn Syahriyar (awal abad ke10).
Hal ini
membuktikan bahwa islamisasi telah ada sebelum kerajaan Samudra Pasai
didirikan. Oleh karena itu, sejak abad ke-7 dan ke-8 sampai abad ke-11 M di
daerah pesisir selat Malaka dan juga di Cina Selatan tumbuh komunitas-komunitas
muslim akibat islamisasi.
Pada kurun abad ke-14, nama Kesultanan Samudera Pasai
sudah sangat terkenal dan berpengaruh serta memiliki wilayah kekuasaan yang
sangat luas. Armada perang yang kuat sangat mendukung Kesultanan Samudera Pasai
untuk semakin melebarkan sayap kekuasaannya, baik dengan tujuan menguasai dan
menduduki wilayah kerajaan lain ataupun demi mengemban misi menyebarkan agama
Islam. Wilayah kekuasaan Kesultanan Samudera Pasai pada masa kejayaannya
terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di Pantai Utara Aceh,
yaitu Sungai Peusangan dan Sungai Pasai. Daerah kekuasaan Kesultanan Samudera
Pasai tersebut juga meliputi Samudera Geudong (Aceh Utara), Meulaboh, Bireuen,
serta Rimba Jreum dan Seumerlang (Perlak).
Perjuangan
Kerajaan Pasai dalam Perkembangan Islam
Kerajaan Pasai punya andil yang besar dalam upaya penyebaran dan pengembangan
Islam, terutama pada masa pemerintahan Sultan Malikus Saleh dan Malikud Dhohir
II. Di mana penyebaran Islam dipimpin langsung oleh raja dengan dibantu oleh
para alim ulama. Dari kerajaan Pasai lah pada tahun 1440 M. Agama Islam masuk
dan berkembang diPariaman, Malaka, Tapanuli, Riau, Minangkabau, Kerinci dan di
sebagian daerah Sumatera Selatan.
Pada masa kerajaan Pasai terdapat
beberapa tokoh yang sangat berjasa dalam penyebaran Islam di Sumatera, diantaranya
adalah Syah Baharuddin ke Sumatera Barat, Raden Rahmat (Sunan Ampel)dan seorang
raja dari lampung bernama Minak Kumala Bumi ke Sumatera Selatan.
Peninggalan kerajaan Pasai tidak
banyak diketahui, karena kurangnya peninggalan budaya dan tidak banya
ditemukannya dasar tertulis dari kerajaan tersebut, kecuali ada beberapa makam
pada raja yang bertuliskan arab dan berita-berita berisi dari sumber lain
seperti Ibnu Batutang. Akan tetapi di duga pada saat itu telah ada
lembaga-lembaga Islam yang digunakan sebagai tempat musyawarah atau penyiaran
(pengajaran) agama Islam seperti Masjid, musola dan buku-buku yang berisi
syair-syair tentang ajaran Islam atau hikayatnya raja-raja dan pada pahlawannya
dalam mengembangkan agama Islam.
Samudera Pasai semakin berkembang
terutama setelah jalan berdagang antara Timur dan Barat yang mula-mula melalui
Bagdad, pindah melalui Mesir. Karena itu maka Cambay (Bandar Gujarat) semakin
ramai. Di sisi lain hubungan Samudera Pasai dengan Gujarat terjalin semakin
erat. Hubungan ini adalah salah satu sebab yang mendorong pesatnya perkembangan
agama Islam di Samudera Pasai.
Telah
diketahui bahwa masa awal kerajaan Samudra Pasai ditandai dengan kepemimpinan
sultan Malik as-Saleh yang merupakan raja pertama kerajaan Samudra Pasai. Pasai
sendiri merupakan kerajaan yang besar pada saat itu, terbukti dengan
reruntuhan-reruntuhan kerajaan Pasai yang diperkirakan merupakan kerajaan yang
besar pada masa itu.
Selain itu
Pasai juga merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara, bahkan pertama di
Asia Tenggara, yang merupakan pusat penyebaran pertama kali di Indonesia dan
Asia Tenggara. Selain sebagai kerajaan muslim yang pertama Pasai juga merupakan
kerajaan yang menjadi jalur perdagangan dan mempunyai Bandar-bandar perdagangan
yang mampu menyokong ekonomi ;pemerintahan.
Sebagai suatu kerajaan
pastilah pasai mempunyai pemimpin pemerintahannya, antara lain adalah:
Periode
|
Nama Sultan atau Gelar
|
Catatan dan peristiwa penting
|
1267 - 1297
|
Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu)
|
Hikayat
Raja-raja Pasai dan makam raja
|
1297 - 1326
|
Koin
emas telah mulai diperkenalkan
|
|
1326 - 1345
|
Dikunjungi
Ibnu
Batutah
|
|
1345 - 1383
|
Diserang
Majapahit
|
|
1383 - 1405
|
Sultan
Zain al-Abidin Malik az-Zahir
|
Dikunjungi
Cheng
Ho
|
1405 - 1412
|
Sultanah
Nahrasiyah Raja perempuan, (janda Sultan Pasai sebelumnya)
|
|
1405 - 1412
|
Sultan
Sallah ad-Din Menikahi Sultanah Nahrasiyah
|
|
1412 - 1455
|
Sultan
Abu Zaid Malik az-Zahir
|
Mengirim
utusan ke Cina
|
1455 - 1477
|
Sultan
Mahmud Malik az-Zahir II
|
|
1477 - 1500
|
Sultan
Zain al-Abidin ibn Mahmud Malik az-Zahir II
|
|
|
Sultan
Zain al-Abidin II
|
|
1501 - 1513
|
Sultan
Abd-Allah Malik az-Zahir
|
|
1513 - 1521
|
Sultan
Zain al-Abidin III
|
Penaklukan
oleh Portugal
|
Pada kerajaan
samedera pasai sudah mempunyai lembaga-lembaga Negara yang teratur dengan
Angkatan Perang, Laut dan Darat yang kuat, antara lain
ΓΌ Lembaga kabinet yang menjadi perdana menterinya Sri
Kaya Said Khiatuddin,
ΓΌ Lembaga Mahkamah Agung, yang menjadi Mufti Besarnya
(Syaikhul Islam) Said Ali bin Ali Al Makarany,
ΓΌ Lembaga Kementerian Luar Negeri yang menjadi
menterinya Bawa Kaya Ali Hisamuddin Al Malabary.
Masa awal kerjaan Samudra Pasai ini tergolong tidak begitu terlihat. Selain
itu perkembangan kerajaan ini bersifat perlahan-lahan. Walaupun begitu mata
uang telah dikenal di kerajaan ini, sejak pemerintahan sultan Malik as-Saleh,
yang dinami mata uang Dirham, yang juga dikenal sebagai mata uang negara Arab
saat itu.
Pada awal
abad ke-16 mungkin masa memuncaknya kerajaan Samudra Pasai sebagaimana
diberitakan oleh Tome Pires (1512-1515) tengah mengalami berbagai kemajuan
dibidang politik pemerintahan, di bidang keagamaan, terutama di bidang
pertanian dan perdagangan. Adapun Pasai yang selalu menjalin hubungan
persahabatan dengan kerajaan lain, seperti Malaka yang saat itu Malaka menjadi
pusat perdagangan Dunia, yang diikuti pula pernikahan antara raja-raja malaka
dengan para putri Pasai
Kemajuan kemajuan tersebut antara lain:
1.
Perdagangan
Yang
merupakan perdagangan internasional, Pasai mempunyai Bandar-bandar yang dapat
menjadi persinggahan para pedagang asing dan mereka juga membayar uang pajak
untuk Pasai
2.
Pelayaran
Sebagai
kerajaan maritime, pastinya Pasai mempunya keunggulan dalam bidang pelayaran
dan nelayan. Maka dari itu masyarakat Pasai, mayoritas ialah nelayan
3.
Perekonomian
Merupakan salah satu kemajuan Pasai dalm meraih
kejayaannya, dan perekonomian Pasai telah terbantu dengan adanya perdagangan
dan pelayaran, serta pajak dagang yang dikenakan bagi pedagang,
4.
Hubunagan internasional dan politik
Merupakan
keterkaitan, yakni terjadi pula politik pernikahan, yang dilakukan oleh sultannya.
Keadaan
masyarakat Pasai jelas sekali, menggantungkan kehidupan lewat pelayaran dan perdagangan. Karena sebagai kerajaan maritim memungkinkan
masyarakat pasai menjadi salah satu pelaku dalam perdagangan dan pelayaran.
Terlebih lagi Samudra Pasai mempunyai Bandar-bandar yang bisa menjadi tempat singgah
untuk ppara pedagang asing. Dan pajak yang dikenakan oleh pemerintah Samudra
Pasai kepada para pedagang sesuai dengan apa yang dijuanya. Memungkinkan
masyarakat mampu untuk bertahan.
Kerajaan Samudra Pasai merupakan
kerajaan pertama yang ada di Indonesia, sebagai kerajaan yang besar pada saat
itu, kerajaan Samudra Pasai berkembang
dalam beberapa bidang, yaitu:
1.
Samudra Pasai sebagai pelopor keagamaan bagi Asia Tenggara khususnya
Indonesia
Masuknya Islam ke Pasai, belum diketahui secara pasti itu kapan, apa lagi
bila masuknya Islam didasarkan pada mulainya terdapat penduduk muslim atau
masyarakat muslim di sana. Namun bila didasarkan kepada lembaga politik, serta
terbentuknya politik bercorakkan Islam, maka dapat dikatakan bahwa Islam masuk
pada sekitar abad ke-13.
Peranan
penting yang dimainkan Pasai dalam persebaran Islam ke seluruh Nusantara dan
bahkan ke kawasan Asia Tenggara dimungkinkan karena hubungan ini berkaitan
dengan kegiatan perdagangan yang di dalamnya juga terdapat kegiatan para
pedagang yang sekaligus bertindak sebagai pendakwah.( Gade Ismail, M.1997:26)
Munculnya
Malaka sebagai pusat perdagangan internasional tidak terlepas dari pengaruh
Pasai sendiri, karena kedua kerajaan ini mengadakan hubungan persahabatan
terlebih lagi setelah raja Paramisora yang menikahi putrid Pasai dan mengganti
namanya menjadi sultan Muhammad Iskandar, sebelumnya Samudra Pasai juga menjadi
jaringan perdagangan internasional. Penyebab
Samudra Pasai menjadi salah satu jaringan perdagangan ialah letaknya yang
berdampingan atau dekat dengan pantai. Dan memungkinkan mudahnya
pedagang-pedagang asing untuk singgah.
Hubungan Samudra Pasai dengan daerah daerah lain di Indonesia seperti pulau
Jawa, Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan, Lombok, dan Sumbawa. Dibuktikan
dengan kesamaan bentuk makam di Pasai dan daerah itu sendiri. Seperti di Jawa
makam Maulana Malik Ibrahim dengan makam sultanah Nahrasyiah. Hal ii
membuktikan adanya persebaran Islam yang ada di Indonesia yang juga dipengaruhi
oleh Samudra Pasai.
Selain itu pengaruh Pasai dengan Malaka, merupakan bukti persebaran Islam
di kawasan Asia Tenggara. Pengaruh Pasai juga berlangsung atas kedah, meskipun
kedah juga berada dalam kekuasaan Siam, melalui Kedah para Muballigh Islam dari
Pasai menyebarkan agama Islam di wilayah-wilayah Semenanjung Melayu, yang
terletak lebih ke pedalaman sampai ke Trengganu(Gade Ismail, M.1997:29).
2.
Pasai Dalam Jaringan Perdagangan Internasional
Keterlibatan Pasai dengan jaringan perdagangan internasional, tidak
terlepas dari letak kerajaan Samudra Pasai yang strategis untuk menjadi salah
satu peserta dalam jaringan perdagangan internasional. Malaka sebagai pusat
perdagangan internasional, sudah dimulai sejak awal abad Masehi. Sejak masa
prasejarah Semenanjung Melayu telah mempunyai kedudukan penting dalam adanya
jaringan perdagangan dengan menjadi jalur lalu lintas perdagangan
internasional. Itu semua tidak terlepas dari letak geografis yang dimiliki oleh
Semenanjung Melayu.
Pelayaran oramg-orang Arab dan India sudah berlangsung sebelum
berkembangnya agama Islam. Pada tahun 114 pelayaran pelayaran Arab berhasil ke
India, meskipun dalam perjalanan pulangnya mereka dihantam badai besar di
pantai Afrika.( Gade Ismail, M.1997:16)
Menurut Ibnu Battutah Samudra Pasai mempunyai armada dagang yang kuat. Faktor
yang mendorong berkembangnya samudra pasai ;
ΓΌ Letaknya
yang strategis
ΓΌ Melemahnya
kerajaan Sriwijaya
ΓΌ Kekayaan
alam yang melimpah
E.
Keruntuhan Samudera Pasai
Kejayaan Kesultanan Samudera Pasai mulai mengalami
ancaman dari peradaban terbesar di Jawa waktu itu, yakni dari Kerajaan
Majapahit dengan Gadjah Mada sebagai mahapatihnya yang paling legendaris.
Gadjah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada periode 1319-1321 Masehi
oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh Jayanegara. Pada 1331, Gadjah
Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika Majapahit dipimpin oleh Ratu
Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gadjah Mada menjadi Mahapatih Majapahit
inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah Palapa, yaitu bahwa Gadjah
Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh Nusantara berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gadjah Mada rupanya sedikit terusik
mendengar kabar tentang kebesaran Kesultanan Samudera Pasai di seberang lautan
sana. Majapahit khawatir akan pesatnya kemajuan Kesultanan Samudera Pasai. Oleh
karena itu kemudian Gadjah Mada mempersiapkan rencana penyerangan Majapahit
untuk menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus tentang serangan tentara
Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap kerajaan Islam Samudera
Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh. Ekspedisi Pamalayu armada
perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih Gadjah Mada memulai
aksinya pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang dilakukan Majapahit di perbatasan
Perlak mengalami kegagalan karena lokasi itu dikawal ketat oleh tentara
Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gadjah Mada tidak membatalkan serangannya. Ia
mundur ke laut dan mencari tempat lapang di pantai timur yang tidak terjaga. Di
Sungai Gajah, Gadjah Mada mendaratkan pasukannya dan mendirikan benteng di atas
bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan nama Bukit Meutan atau Bukit Gadjah
Mada.
Selanjutnya, Gadjah Mada menjalankan siasat serangan
dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan jurusan darat. Serangan lewat laut
dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan Jambu Air. Sedangkan penyerbuan
melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang terletak di antara Perlak
dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami kegagalan karena
dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara serangan yang
dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke
Samudera Pasai dipicu juga karena faktor kepentingan ekonomi. Kemajuan
perdagangan dan kemakmuran rakyat Kesultanan Samudera Pasai telah membuat
Gadjah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai kejayaan itu. Ekspansi Majapahit
dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai telah dilakukan berulangkali dan
Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan sebelum akhirnya
perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya pengaruh Majapahit di
Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16, Samudera Pasai masih
dapat mempertahankan peranannya sebagai bandar yang mempunyai kegiatan
perdagangan dengan luar negeri. Para ahli sejarah yang menumpahkan minatnya
pada perkembangan ekonomi mencatat bahwa Pasai pernah menempati kedudukan
sebagai sentrum kegiatan dagang internasional di nusantara semenjak peranan
Kedah berhasil dipatahkan.
Namun kemudian, peranan Pasai yang sebelumnya sangat
penting dalam arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami
kemerosotan dengan munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu
Bandar Malaka segera menjadi primadona dalam bidang perdagangan dan mulai
menggeser kedudukan Pasai. Tidak lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu
yang singkat segera dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut,
posisi dan peranan Pasai kian lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan
perniagaannya menjadi kendor dan akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka
sejak tahun 1450. Apalagi ditambah kedatangan Portugis yang berambisi menguasai
perdagangan di Semenanjung Melayu. Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil
menduduki Kesultanan Samudera Pasai.
Tidak hanya itu, Kesultanan Samudera Pasai semakin
lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan yang mulai merintis menjadi
sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan
Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh
Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang pernah
ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra
Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh
Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah menyerang Kesultanan
Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan Samudera Pasai semakin
meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat itu, Kesultanan Samudera Pasai
berada di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh Darussalam.
Samudra
pasai sendiri didirikan oleh Sultan Malik as-saleh. Sulatan Malik As-saleh
sendiri mendirikan kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13, dan menjadi raja
pertama kerajaan Samudra Pasai, dan wafat pada tahun 696 H atau 1297 M. Keadaan
masyarakat Pasai jelas sekali, menggantungkan kehidupan lewat pelyaran dan
perdagangan
Terdapat
pula perkembangan-perkembangan yang telah dicapai oleh Samudra Pasai yaitu:
1. Dalam bidang kegamaan, yakni
pasai sebagai kerajaan yang pertama dan berpengaruh dalam persebaran Islam di
Asia Tenggara dan Indonesia.
2. Dalam bidang perdagangan,
yakni sebagai salah satu peserta dalam kegiatan perdagangan internasional.
3. Politik islam yang juga tidak
terlepas dari masuknya Islam di Sumatra.
4. Pelayaran, sebagai kerajaan
agraris Smaudra Pasai mempunyai potensi di pelayaran, dan nelayan.
1. Berdiri pada abad ke-13 dan
didirikan oleh Meurah Silu atau sultan Malik as-Saleh.
2. Masa awal
dan kejayaan kerajaan ini tidak bisa dijelaskan secara jelas kapan, pada
kepemimpinan siapa. Tetapi terjadi perkembangan dan masa kejayaan di kerajaan
ini.
3. Perkembangan Samudra pasai
dalam bidang: ekonomi, dari perdagangan dan pelayaran, juga pajak yang dikenakan
bagi para pedagang asing; pada bidang keagamaan; pada bidang politik Islam;
pada bidang hubungan dengan negara asing, seperti Cina, Malaka, dan Arab.
Azwar, Pocut
Haslinda Hamid. 2009. “Sultanah Nahrasiyah”, dalam http://www.modusaceh-news.com,28
April 2009 diakses 17 April 2013
Gade,I,M.1997.Pasai Dalam Perjalanan Sejarah: Abad ke-13
sampai Awal Abad ke-16.Jakarta: CV. Putra Sejati Raya.
Soejono,R.Z.2008.Sejarah
Nasional Indonesia III: Zaman Prtumbuhan
dan Perkembangan Islam di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Romeo,I,M.2012.KerajaaanSamudraPasai,(online),(http://iqbalromeo.blogspot.com/2015/04/kerajaan-samuderapasai.html), diakses15April 2013
Sufi, Rusdi.
“Mata Uang Kerajaan-Kerajaan Aceh”, dalam Rusdi Sufi & Agus Budi Wibowo.
2004. Ragam Sejarah Aceh. Banda Aceh: Badan Perpustakaan NAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar