Sabtu, 08 September 2012

Taksonomi blom

BAB III

TAKSONOMI BLOOM


 

  1. Pengertian dan Letak Taksonomi Dalam Pendidikan

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

    Taksonomi yaitu ilmu tentang kelompok organisme berdasarkan perbedaan kategori menurut karakter fisiknya. Pengelompokan atau karakterisasi akan dikelompokan didasarkan kesamaannya yang biasanya diwariskan kepada keturunannya dari nenek moyangnya.

Sebelum mengetahui makna Taksonomi, terlebih dahulu kita harus mengetahui makna dari Tujuan Instruksional. Tujuan Instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur. Ada 2 macam tujuan instruksional yaitu:

  • Tujuan Instruksional Umum (TIU)
  • Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Tujuan Intruksioanal Umum ini menentukan perlu dan tidaknya sesuatu program diadakan.Tujuan Instruksional Khusus atau yang sering disebut dengan Taksonomi adalah tujuan pendidikan yang didasarkan pada tingkah laku.

Kepentingan hubungan antara kegiatan belajar-mengajar dengan tujuan, oleh seorang ahli bernama Scriven (1967) dikemukakan bahwa harus ada hubungan erat antara:

  • Tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran
  • Bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi
  • Tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi

Tujuan kurikulum yang dimaksud adalah tujuan yang dapat diukur. Ebel (1963) berpendapat bahwa jika hasil pendidikan merupakan sesuatu yang penting tetapi tidak dapat diukur maka tujuan itu harus diubah. Jika tujuan telah dirumuskan secara operasional maka hasilnya akan dapat diukur. Suatu tanda bahwa seseorang telah mencapai tujuannya, akan terlihat pada perubahan tingkah lakunya.

Beberapa ahli telah mencoba memberikan cara bagaimana menyebut ketiga tingkatan tujuan ini, yang akhirnya oleh Viviane De Landsheere disimpulkan bahwa ada 3 tingkat tujuan (termasuk taksonomi), yaitu:

1. Tujuan akhir atau tujuan umum pendidikan

2. Taksonomi

3. Tujuan yang operasional.


 

B.
Penerapan Konsep Taksonomi

Rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) atau Taksonomi, memuat 3 komponen yaitu:

  1. Tingkah laku akhir (terminal behavior)

Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakan diri dalam suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur.

  1.   Kondisi demonstrasi

Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya:

  • Dengan penulisan yang betul.
  • Urut dari yang paling tinggi.
  • Dengan bahasanya sendiri.
  1. Standar keberhasilan

Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunjukkan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir. Namun yang umum dikerjakan sampai saat ini hanya sampai tingkah laku akhir saja

Dalam pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar guru diharuskan memperhatikan pula keterampilan siswa dalam hal memperoleh hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut dengan istilah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Keterampilan-keterampilan yang dimaksud meliputi keterampilan dalam hal:

  • Mengamati
  • Menginterpretasikan hasil pengamatan
  • Meramalkan
  • Menerapkan konsep
  • Merencanakan penelitian
  • Melaksanakan penelitian
  • Mengkomunikasikan hasil penemuan

Sesuai dengan tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan Tujuan Instruksional Khusus harus mengandung apa yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, bagaimana menunjukkan kemampuan atau hasilnya dan perolehannya.

Penetapan tujuan, yang merupakan suatu keharusan dalam perencanaan pengajaran, perlu dirumuskan dengan jelas dan tegas sehingga tidak membuka peluang untuk penafsiran lain. Penetapan tujuan pengajaran ibarat penetapan tujuan suatu perjalanan. Jalan yang optimal ke tujuan tidak dapat dipertimbangkan apabila tujuan itu sendiri belum diketahui. Setelah ada tujuan, baru dipikirkan jalan optimal (yaitu yang efektif dan efisien) ke tujuan tersebut. Mungkin saja ada jalan yang lebih singkat namun lebih sering pula macetnya. Barangkali perlu dipilih jalan yang agak panjang tetapi tidak/kurang macet untuk mempermudah dan mempercepat pencapaian tujuan tersebut secara lebih efektif.


 

C. Taksonomi Bloom

Bloom dan Krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang melahirkan taksonomi lain.prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh 2 orang ini ada 4 buah,yaitu:

  1. Prinsip metodologis

    Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar.

  2. Prinsip Psikologis

    Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.


     

  3. Prinsip Logis

    Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.

  4. Prinsip Tujuan

    Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai.tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral.

Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang menunjukkan tingkat kesulitan. Sebagai contoh, mengingat fakta lebih mudah dari pada menarik kesimpulan. Atau menghafal lebih mudah dari pada memberikan pertimbangan. Tingkatan kesulitan ini juga merefleksi kepada kesulitan dalam proses belajar dan mengajar.

Secara garis besar, Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tingkatan:

1)      Kategori tingkah laku yang masih verbal.

2)      Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan.

3)         Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.

Taksonomi Bloom ini pada dasarnya adalah taksonomi tujuan pendidikan, yang menggunakan pendekatan psikologik, yakni pada dimensi psikologik apa yang berubah pada peserta didik setelah ia memperoleh pendidikan itu.Taksonomi ini dikenal secara populer dengan taksonomi Bloom's, karena nama pencetus ide ini adalah Benjamin S. Bloom, walaupun tidak semua domain dikembangkan olehnya. Taksonomi Bloom sebenarnya merupakan hasil kelompok penilai di Universitas yang terdiri dari Benjamin S.Bloom, M.D.Englehart, E.Furst,W.H.Hill, Daniel R. Krathwohl dan didukung pula oleh Ralph E. Tylor. Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu:


 


 


 

1.     Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual.

2.     Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi.

3.     Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek terampilan.

Ketiga kawasan tujuan tersebut pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, saling berinterpenetrasi sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Ada 3 ranah atau domain besar yang terletak pada tingkatan ke-2 yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu:


 

  • Ranah kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Taksonomi tujuan pengajaran pada kawasan kognitif menurut Bloom terdiri atas enam tingkatan yang susunannya sebagai berikut:

  1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya,tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.

Tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi, baik bidang matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial,maupun bahasa. Misalnya hafal semua rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut, hafal kata-kata akan memudahkan membuat kalimat.


 


 


 

Menyusun item tes pengetahuan hafalan

Dilihat dari segi bentuknya, tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isian, dan tipe benar-salah.

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek pengetahuan yaitu mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan, mereproduksikan.

Contoh aspek pengetahuan :

Jika A = {himpunan bilangan rasional} dan N = {himpunan bilangan asli}, maka pernyataan yang benarberikut ini adalah...

  • A U N = A            d. A, B, dan C benar
  • A U N = N            e. A dan B benar
  • N – A = {}


     

  1. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

Menyusun item tes pemahaman

Karakteristik soal-soal pemahaman sangat mudah dikenal. Misalnya mengungkapkan tema, topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda. Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiri dengan simbol tertentu termasuk kedalam pemahaman terjemahan.


 


 


 

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek pemahaman yaitu mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, memberi contoh, menuliskan kembali, memperkirakan.

Contoh aspek pemahaman :

diantara gambar-gambar dibawah ini yang dapat disebut sebagai segitiga siku-siku adalah:


 


  1.  

        
 


 

                        

b.


 


 


 

c.


 

Untuk dapat menentukan gambar mana yang dapat dinamakan segitiga siku-siku maka ia harus menghubungkan konsep segitiga dan konsep siku-siku.

  1. Penerapan (application)

Penerapan (application) adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur atau teori tertentu pada situasi tertentu.

Mengetes Penerapan (aplikasi)

Bloom membedakan delapan tipe aplikasi yang akan dibahas satu persatu dalam rangka menyusun item tes tentang aplikasi.

  1. Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi.
  2. Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.
  3. Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi.
  4. Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi.
  5. Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
  6. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
  7. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan.
  8. Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi.

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek penerapan yaitu mengubah, menghitung, menemukan mendemonstrasikan, memanipulasikan, memodifikasikan, memecahkan, dsb.

Contoh aspek penerapan :

Untuk menyelesaikan hitungan 51 × 40 = n

Maka paling tepat kita gunakan

  • Hukum asosiatif,
  • Hukum komutatif,
  • Hukum distributif.


     

  1. Analisis (analysis)

Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.


 

Mengetes kecakapan analisis

Untuk membuat item tes kecakapan analisis perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yakni:

  1. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu.
  2. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas.
  3. Dapat meramalkan kualitas, asumsi atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasar kriteria dan hubungan materinya.
  4. Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria seperti sebab-akibat.
  5. Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang dihadapinya.
  6. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan materia yang dihadapi.

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek analisis yaitu memerinci, menyusun diagram, membedakan, menyimpulkan, menunjukkan, dsb.

Contoh aspek Analisis :

Hubungan telur dengan hewan sama dengan hubungan biji dengan...

  1. Pohon
  2. Tumbuhan
  3. Buah
  • Tumbuhan

Pemecahan soal seperti ini membutuhkan kemampuan analisis relevansi hubungan antara telur dengan hewan untuk menyimpulkan hubungan antara biji dengan tumbuhan.


 


 


 


 

  1. Sintesis (synthesis)

Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga dapat mengembangkan suatu struktur baru.

Mengetes sintesis

Sintesis dapat diklasifikasikan kedalam beberapa tipe.

  1. Kemampuan menemukan hubungan yang unik
  2. Kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau suatu problem yang diketengahkan.
  3. Kemampuan mengabraksikan sejumlah besar gejala, data dan hasil observasi menjadi terarah, skema, model atau bentuk-bentuk lain.

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek syntesis yaitu mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat desain, menjelaskan, menyusun, membuat rencana, menuliskan, dsb.

Contoh aspek Syntesis :

Piramid Agung diGiza merupakan salah satu bukti pengetahuan orang-orang mesir kuno tentang geometri. Apakah dalam perencanaan pembangunannya dahulu mereka sudah memperhitungkan tinggipuncak piramid itu dari lantai dasarnya ?

  1. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi (evaluation) adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut taksonomi bloom.Evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide,atau kemampuan mengambil keputusan.

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek evaluasi yaitu menilai, membandingkan, mengkritik, memutuskan,menafsirkan,membantu, dsb.


 

Contoh aspek Evaluasi :

Peserta didik mampu menilai bahwa matematika itu digunakan bukan hanya pada keperluan pelajaran matematika saja, tetapi ilmu-ilmu yang lain juga memerlukan ilmu matematika,seperti pada materi bilangan berpangkat, materi bilangan berpangkat ini bs juga digunakan pada pelajaran kimia (tetapan avogadro) dan fisika (muatan elektron).

Keenam jenjang berpikir yang terdapat pada ranah kognitif menurut taksonomi Bloom itu, jika diurutkan secara hierarki piramidal adalah sebagaimana terlukis pada gambar :


 

evaluasi

sintesis

analisis

penerapan

pemahaman

pengetahuan


 


 

b. Ranah afektif

Taksonomi untuk daerah afektif mula-mula dikembangkan oleh David R.Krathwohl dan kawan-kawan (1974) dalam buku yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives: Affective Domain. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Taksonomi tujuan pengajaran pada kawasan afektif yang disusun Bloom bersama dengan David Krathwol penggolongannya dikategorikan dalam lima jenis taksonomi yang terurut secara bertahap yaitu:

  1. Penerimaan (receiving/attending)

Penerimaan (receiving) adalah kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek penerimaan yaitu menanyakan, memilih, mengikuti, memberikan, menunjukkan, memilih, menjawab, dsb.

Contoh:     peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh.


 

  1. Penanggapan (responding)

Penanggapan (responding) adalah Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek penanggapan yaitu membantu, mendiskusikan, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menceritakan, dsb.

Contoh: peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran islam tentang kedisiplinan.


 

  1. Penilaian (valuing)

Penilaian (valuing) adalah memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,dirasakan akan membawa kerugiaan atau penyesalan.

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek penilaian yaitu melengkapi, mengambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang,mempelajari, dsb.

Contoh: Tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, di rumah maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat.


 


 


 

  1. Pengorganisasian (organization)

Pengorganisasian (organization) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek pengorganisasian yaitu mengubah, mengatur,memodifikasi, mengorganisir, menyiapkan, dsb.

Contoh:    Peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Soeharto pada Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 1995.


 

  1. Karakterisasi (characterization)

Karakterisasi (characterization) adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkatan efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana.

Dalam mengukur tahapan berfikir peserta didik kita dapat menggunakan kata kerja operasional (KKO), KKO dalam aspek karakteristik yaitu menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi,mendengarkan, merevisi, melayani, memecahkan, dsb.

Contoh: Siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah SWT yang tertera dalam Al-Qur'an surat al-'Ashr sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan,baik kedisiplinan di sekolah,di rumah maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat.


 


 


 


 

c. Ranah Psikomotorik

Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.hasil belajar ranah spikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.taksonomi Psikomotorik dapat disederhanakan dalam tujuh tahap yaitu:

  1. Persepsi(Perception)
    mengenal objek melalui pengamatan inderawi,mengolah hasil pengamatan (dalam fikir), melakukan seleksi terhadap objek (pusat perhatian.
  2. Kesiapan(Set)
    Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
  3. GuidedResponse(ResponTerpimpin)
    Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
  4. Membiasakan(habitual)
    Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
  5. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
    Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
  6. Penyesuaian(Adaptation)
    Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
  7. Penciptaan(Origination)
    Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.


 


 


 


 

PENUTUP


 

Kesimpulan

    Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

    Dalam sejarah pengukuran dan penilaian pendidikan tercatat,bahwa pada kurun waktu tahun enam puluhan, beberapa orang pakar pendidikan di Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom, M.D.Englehart, E.Furst, W.H.Hill, Daniel R.Krathwohl dan didukung pula oleh Ralph E.Tylor, mengembangkan suatu metode pengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut taxonomy.

Tujuan instruksional khusus (taksonomi) dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

  1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
  • Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
  • Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) atau Taksonomi, memuat 3 komponen yaitu:

  • Tingkah laku akhir (terminal behavior) adalah tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang mengalami proses belajar.
  • Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir.
  • Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunjukkan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir.

Penetapan tujuan, yang merupakan suatu keharusan dalam perencanaan pengajaran, perlu dirumuskan dengan jelas dan tegas sehingga tidak membuka peluang untuk penafsiran lain. Penetapan tujuan pengajaran ibarat penetapan tujuan suatu perjalanan. Jalan yang optimal ke tujuan tidak dapat dipertimbangkan apabila tujuan itu sendiri belum diketahui. Setelah ada tujuan, baru dipikirkan jalan optimal (yaitu yang efektif dan efisien) ke tujuan tersebut.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet.8 (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).


 

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Ed.1, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008).


 

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Cet. 4, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007).


 

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip Dan Operasionalnya, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009).


 

Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1990).


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar